Selain obat dan vaksin yang terus diracik para ilmuwan di seluruh dunia guna mengobati pasien terinfeksi virus corona, alat bantu pernapasan atau ventilator menjadi perhatian untuk dikembangkan. Bagi pasien akut, ventilator menawarkan peluang bertahan hidup.
Ventilator yang biasa digunakan adalah tipe mekanik. Cara kerjanya adalah memompa udara langsung ke paru-paru, meniru pernapasan normal. Virus corona membuat paru-paru tak berfungsi. Saat menggunakan ventilator mekanik, pasien harus dalam keadaan dibius.
Kini, para ilmuwan di University College London, Inggris, bekerja sama dengan dokter di University College London Hospital (UCLH) dan Mercedes Formula One berhasil membuat apa yang disebut sebagai perangkat ventilator continuous positive airway pressure (CPAP).
Dalam dunia medis, CPAP biasa digunakan pasien dengan gangguan sleep apnea, kondisi di mana pernapasan berhenti saat tidur. Pada penderita sleep apnea, saluran napas dapat tertutup sebagian atau seluruhnya sehingga aliran udara ke paru-paru terhambat.
Adapun cara kerja CPAP sebagai ventilator adalah mendorong campuran udara dan oksigen ke paru-paru lewat mulut dan hidung. Hal ini dilakukan dengan tekanan udara yang membuat paru-paru tetap terbuka sehingga meningkatkan jumlah oksigen yang masuk.
CPAP mengurangi upaya yang diperlukan untuk bernapas, terutama ketika alveoli-kantong udara di paru-paru-rusak akibat virus corona atau Covid-19. CPAP bekerja melalui tekanan positif di jalan napas atas dengan konstan dan terus-menerus.
Tak seperti masker biasa yang dihubungkan dengan suplai oksigen, CPAP memberikan udara dan oksigen dengan tekanan. Ini membuat masker harus menempel ketat di wajah pasien, di atas mulut dan hidung atau tudung transparan di atas kepala.
"Penggunaan mesin CPAP pada pasien dengan infeksi pernapasan menular akibat corona sedikit kontroversial. Sebab, setiap kebocoran kecil di sekitar masker bisa menyemprotkan tetesan air yang mengandung virus," kata Duncan Young dari University of Oxford, Inggris.
Karena itu, Young menyarankan, untuk kasus pasien virus corona, staf medis harus memiliki alat pelindung diri (APD) yang memadai untuk meminimalkan risiko. Di Lombardia, Italia, lebih dari 2.000 pasien Covid-19 menggunakan CPAP untuk bantuan pernapasan.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 80 persen pasien Covid-19 dapat disembuhkan tanpa memerlukan perawatan di rumah sakit. Tapi satu dari enam orang sakit parah akan mengalami kesulitan bernapas dan membutuhkan ventilator maupun CPAP.
FINANCIAL TIMES | UCL | GRAPHIC NEWS | FIRMAN ATMAKUSUMA