Alergi terhadap susu sapi dapat mempengaruhi pertumbuhan anak-anak. Ini merupakan suatu kondisi akibat respons tidak normal dari sistem kekebalan tubuh.
Penelitian yang dilakukan Children’s National Hospital menemukan bahwa anak-anak yang alergi terhadap susu sapi memiliki berat badan kurang dari teman sebayanya. Perbedaan itu bahkan terbawa hingga remaja.
Hasil studi ini dipublikasikan dalam The Journal of Allergy and Clinical Immunology, Desember lalu. Penelitian ini menjadi yang pertama kali menggambarkan pola pertumbuhan anak usia dini hingga remaja pada anak-anak dengan alergi makanan yang persisten.
"Data tentang pertumbuhan untuk anak-anak dengan alergi makanan yang berkelanjutan masih jarang," kata Karen A. Robbins, penulis utama studi dan ahli alergi di Divisi Alergi dan Imunologi Children’s National Hospital.
Menurut Robbins, belum jelas mengapa kondisi ini bertahan hingga anak-anak menjadi dewasa. "Tapi temuan kami selaras dengan penelitian lain yang menunjukkan orang dewasa muda yang alergi susu sapi mungkin tak mencapai pertumbuhan maksimal," ujar Robbins.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, satu dari 13 anak-anak di Amerika Serikat alergi terhadap makanan, seperti susu, telur, ikan, kerang, gandum, kedelai, kacang tanah, dan kacang-kacangan pohon. Sayangnya, alergi belum ada obatnya.
Dalam penelitian ini, para peneliti mengamati grafik pasien anak-anak yang didiagnosis immunoglobulin E persisten yang dimediasi alergi terhadap susu sapi dan kacang tanah. Pengamatan dilakukan berdasarkan gejala klinis, tingkat immunoglobulin khusus makanan, tes tusuk kulit, dan tantangan makanan.
Alergi Susu Hambat Pertumbuhan Anak
Untuk bisa masuk kriteria penelitian ini, anak-anak harus memiliki setidaknya satu kunjungan klinis saat mereka berusia 2-12 tahun. Selama kunjungan tersebut, tinggi dan berat badan mereka diukur dengan data lengkap. Anak-anak yang alergi terhadap susu sapi tak boleh meminumnya.
Sejak November 1994 hingga Maret 2015, sebanyak 191 anak terdaftar dalam penelitian ini. Dari jumlah itu, 111 anak alergi susu sapi dan 80 anak alergi kacang-kacangan. Semua anak-anak telah melakukan kunjungan klinis pada usia 2-12 tahun.
Sebanyak 61 persen anak-anak dengan alergi susu sapi adalah laki-laki, dan 51,3 persen anak-anak dengan alergi kacang juga laki-laki.
Hasilnya, anak-anak yang alergi terhadap susu sapi tubuhnya lebih pendek dari rata-rata. Selain itu, perbedaan ketinggian lebih jelas terlihat pada usia 5-8 tahun dan usia 9-12 tahun. Adapun untuk 53 remaja yang memiliki data klinis yang dikumpulkan setelah berusia 13 tahun, perbedaan dalam berat dan tinggi badan mereka bahkan lebih jelas terlihat.
"Selain menghindari konsumsi susu sapi dan turunannya, anak-anak ini cenderung membatasi asupan makanan di luar itu karena khawatir akan alergi. Akibatnya, pertumbuhan mereka terganggu," kata Robbins.
Robbins menjelaskan, cara penanganan alergi makanan seperti itu jelas keliru. Kini perlu ada pemahaman tentang masalah gizi yang berkaitan dengan alergi makanan. "Penelitian pada masa depan harus berfokus pada peningkatan pemahaman tentang masalah ini," ujar dia. SCIENCE DAILY | MEDICAL XPRESS | AFRILIA SURYANIS
Alergi Susu