Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (BBTNBBS) bersama Wildlife Conservation Society-Indonesia Program (WCS-IP) dan Sumatran Tiger Project GEF-UNDP menggelar kampanye Global Tiger Day 2019 di Lampung selama dua pekan.
Acara ini dimaksudkan untuk memperingati Hari Harimau Sedunia (Global Tiger Day) yang jatuh pada 29 Juli. Kampanye bertajuk "Aksi Kita untuk Harimau Kita" ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan satwa liar, khususnya harimau Sumatera, bagi ekosistem.
Kepala Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Liwa TNBBS, Amri, mengatakan TNBBS merupakan salah satu Tiger Conservation Landscape, yakni bentang alam yang dapat mendukung keberadaan dan kelestarian populasi harimau Sumatera. "Upaya konservasi di TNBBS berkontribusi penting bagi penyelamatan populasinya secara keseluruhan," kata Amri, pekan lalu.
Amri menjelaskan, berdasarkan hasil survei di site monitoring harimau Sumatera TNBBS, tren populasi meningkat dari 2014 sampai 2018. "Estimasi jumlah populasi pada 2014 sebanyak 28 ekor, pada 2015 ada 32 ekor, pada 2016 terdapat 37 ekor, pada 2017 40 ekor, dan pada 2018 terdeteksi 40 ekor," ujarnya.
Adapun berdasarkan data patroli tim TNBBS yang telah menjelajah 36 ribu kilometer sejak 2013 ditemukan kurang-lebih 105 jerat harimau dan mamalia besar. "Selain itu, penanganan konflik manusia dan harimau menjadi fokus utama kami," kata dia.
Sebanyak 225 kasus konflik telah ditangani pada 2008-Juni 2019. "Upaya-upaya ini dilakukan sebagai bentuk komitmen dalam rencana peningkatan populasi harimau yang telah dicanangkan oleh pemerintah," ujar Amri.
Regional Coordinator Sumatran Tiger Project GEF-UNDP, Nani, mengatakan masih ditemukan berbagai ancaman terhadap keberadaan harimau Sumatera di kawasan ini. "Seperti aktivitas perburuan dan perdagangan ilegal, perambahan, pembalakan liar, dan konflik dengan manusia akibat berkurangnya habitat dan jumlah satwa mangsa," kata Nani.
Menurut Nani, operasi sapu jerat secara intensif perlu di-iringi dengan sosialisasi kepada masyarakat sekitar mengenai perlindungan kawasan, satwa, dan tumbuhan yang dilindungi serta prosedur penggunaan senjata api. "Kampanye ini penting untuk membangun kesadaran dan mengajak masyarakat turut menjaga kawasan hutan yang menjadi habitat alami harimau dari ancaman kerusakan," ujarnya.
Pemerintah menargetkan peningkatan populasi harimau Sumatera dua kali lipat pada 2022-target yang tertuang dalam National Tiger Recovery Program 2010-2022. Menurut data Lembaga Konservasi Dunia IUCN, jumlah harimau Sumatera hanya 400-600 ekor.
Satwa terancam punah ini dikategorikan kritis (critically endangered) dalam Daftar Merah IUCN. "Tantangan yang dihadapi dalam upaya pelestarian harimau adalah hilangnya habitat alami, terutama ancaman perburuan," kata BBS Landscape Manager WCS-IP, Firdaus Affandi.
Menurut Firdaus, perburuan ini tidak hanya terhadap harimau, tapi juga satwa mangsa-nya, seperti rusa dan babi hutan. "Pemburu banyak menggunakan jerat untuk menangkap harimau dan mangsanya," ujarnya.
Penggunaan jerat sangat berbahaya karena sifatnya tak pandang bulu. Satwa apa pun bisa terjerat dan sudah terbukti merupakan hal yang mendorong kepunahan megafauna di daratan Asia.
Harimau Sumatera merupakan sub-spesies terakhir yang tersisa di Indonesia setelah harimau Bali dan harimau Jawa punah. "Melalui kampanye ini, kami ingin mengajak masyarakat ikut serta berkontribusi dalam melindungi harimau Sumatera," kata Firdaus.
Bupati Lampung Barat, Parosil Mabsus, mengatakan Lampung Barat telah mendeklarasikan diri sebagai kabupaten konservasi. Karena itu, upaya pelesta-rian satwa, khususnya harimau Sumatera, menjadi salah satu bagian dari program pemerintah daerah. AFRILIA SURYANIS
Harimau Sumatera Masuk Kategori Kritis