Nasionalisme Erros Djarot
Denny Sakrie,
Pengamat Musik
Ketika hampir semua anak band Indonesia pada awal era 1970-an berlomba mematut-matutkan diri dengan sederet pemusik rock mancanegara, mulai dari The Rolling Stones, Led Zeppelin, Black Sabbath, hingga Deep Purple, Erros Djarot malah terobsesi ingin membentuk band yang hanya mau memainkan karya sendiri dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Jelas ini perilaku menyimpang saat itu. Tolok ukur pergaulan ketika itu memang cenderung kebarat-baratan. Tapi, toh, Erros berontak, tetap ingin mengedepankan sebuah jati diri dalam berkarya: menulis lagu dalam bahasa Indonesia. Periksalah karya-karya musik Erros Djarot mulai dari era Barong's Band hingga album soundtrack Badai Pasti Berlalu, yang fenomenal itu, niscaya Anda tak menemukan satu lagu pun yang ditulis dalam bahasa Inggris. Sebuah nasionalisme agaknya mulai tertatah dalam kredo berkesenian seorang Erros, bukan hanya lewat medium musik, tapi juga merambah hingga ke dunia sinema.
Denny Sakrie,
Pengamat Musik
Ketika hampir semua anak band Indonesia pada awal era 1970-an berlomba mematut-matutkan diri dengan sederet pemusik rock mancanegara, mulai dari The Rolling Stones, Led Zeppelin, Black Sabbath, hingga Deep Purple, Erros Djarot malah terobsesi ingin membentuk band yang hanya mau memainkan karya sendiri dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Jelas ini perilaku menyimpang saat itu. Tolok ukur pergaulan ketika itu memang
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini