Ketimbang sepeda motor jenis sport yang lincah dan jago ngebut, Decky Sastra, 31 tahun, lebih tertarik pada jenis sepeda motor bebek yang berpenampilan sederhana dan berkapasitas mesin kecil. Bagi pemilik label fashion Rawtype itu, sepeda motor bebek, terutama merek Honda Astrea, menyimpan banyak kenangan indah. “Dulu, waktu saya SMA tahun 2006, orang tua hanya mampu membelikan Astrea Grand bekas keluaran 1992,” ujarnya kepada Tempo, Kamis lalu. Padahal pada masa itu teman-temannya banyak yang memakai sepeda motor sport, seperti Honda CBR, Suzuki Satria, atau Yamaha RX King.
Gara-gara kenangan itulah Decky pun tertarik untuk kembali memiliki sepeda motor yang diproduksi pada awal 1990-an itu. “Tahun 2017 saya beli lagi sepeda motor Honda Astrea Grand untuk sekadar nostalgia.” Padahal, kala itu, Decky sudah punya sebuah Harley Davidson Sportster, skuter Vespa, dan beberapa sepeda motor klasik lainnya. “Waktu itu saya juga lagi kepingin bermesin kecil yang simpel dan santai buat dipakai keliling kota,” ujar pria yang tinggal di Bandung itu.
Astrea Grand itu ia restorasi menjadi seperti kondisi baru. Selama berburu onderdil sepeda motor itu, Decky pun jadi berkenalan dengan para anggota komunitas penyuka Honda Astrea. Dari sana, dia baru tahu bahwa rupanya sepeda motor ini punya banyak sekali jenis dan tipe. “Kita kan tahunya Honda Astrea itu warnanya hitam. Ternyata dulu pernah ada varian warna merah marun, biru, dan lain-lain.” Dia pun tertarik mengoleksi berbagai varian sepeda motor itu.
Setelah Honda Astra Grand miliknya selesai direstorasi, Decky lalu membangun sepeda motor bebek lain keluaran Honda, yakni Astrea 800, Honda Prima, dan beberapa Honda C Series. Decky tak asal membeli sepeda motor bekas dan merestorasi. Hampir semua sepeda motor yang dia beli itu dibangun ulang hingga kembali ke kondisi orisinal dan seperti baru keluar dari pabrik. Ia juga berhasil memiliki beberapa jenis sepeda motor bebek yang terbilang langka, seperti Honda Astrea 800 berkelir biru tua, Honda Prima 88 berwarna biru, dan Honda Win berwarna putih.
Decky gigih mengumpulkan suku cadang, aksesori, dan onderdil sepeda motor yang ia restorasi. Ia tak segan mengeluarkan uang banyak untuk mendapatkan barang yang masih dalam kondisi mulus. Maka tak mengherankan jika beberapa sepeda motor hasil restorasinya itu dibeli kembali oleh orang lain dengan harga tinggi. Honda Prima 88 miliknya terjual seharga Rp 28 juta, setara dengan harga skuter matik keluaran terbaru. Lalu, pada 2018, Honda Win full orisinal yang ia bawa ke Jakarta untuk dipamerkan dibeli orang seharga Rp 50 juta. “Itu yang paling fenomenal,” ujarnya.
Kini Decky sedang membangun sebuah Honda C-50 keluaran 1975 yang dulu populer disebut dengan nama Honda Pispot. Sepeda motor ini terbilang langka. Uniknya, Decky membuat sepeda motor ini benar-benar dari nol dan menggunakan komponen berstatus stok lama tapi masih baru (new old stock). “Jadi, ini bukan restorasi, tapi ibarat puzzle saya mengumpulkan semua komponen satu per satu dan merangkainya sampai jadi sepeda motor utuh.”
Proyek ambisius ini sudah ia jalankan selama tiga tahun. Untuk mendapatkan onderdil sepeda motor yang sudah jarang itu, Decky sampai berburu ke Jerman, Jepang, dan negara lain. “Kalau dihitung, mungkin saya sudah habis uang Rp 65 jutaan. Tapi itu pun sepeda motornya belum selesai, karena saya ingin pakai spare part yang kondisinya benar-benar bagus,” ujarnya sambil tertawa.
Di kalangan pehobi sepeda motor jadul dan custom, nama Decky memang cukup populer. Bisa dibilang, Decky salah satu pemengaruh (influencer) otomotif tenar di Tanah Air. Di Instagram, pengikut akunnya mencapai 49,3 ribu. Melalui label busana Rawtype, pada 2018, Decky membuat jaket “Bubur Ayam Racer” yang dipakai Presiden Joko Widodo sewaktu touring sepeda motor di Bandung. Sejak saat itu, nama Decky semakin terkenal. Saat ini dia juga punya label Motor Nasional.id, yang memproduksi aneka produk busana bertema sepeda motor.
***
Keberadaan media sosial memang jadi salah satu pemicu semakin maraknya anak muda yang menyukai sepeda motor klasik. Hal ini dialami Krisna Anggrean, 22 tahun, mahasiswa asal Temanggung, Jawa Tengah. Krisna adalah sosok di balik akun Instagram Astrea Nusantara, yang punya pengikut lebih dari 76 ribu akun. Kebetulan, Krisna penyuka sepeda motor Astrea. “Sejak SMA saya sudah suka Astrea.”
Sama seperti Decky, Krisna juga mendapatkan sepeda motor bebek itu dari kedua orang tuanya. “Awalnya saya hanya ingin merawat sepeda motor ini supaya tetap bisa dipakai sehari-hari.”
Bengkel Galeri Motor Jadoel di Pondok Cabe, Tangerang Selatan, 5 November 2020. Tempo/Nurdiansah
Namun, karena di media sosial semakin banyak anak muda yang juga ingin tampil beda dengan menunggangi sepeda motor bebek, Krisna tergerak membuat akun untuk mengumpulkan para penggemar Honda Astrea. Ia pun mendalami seluk-beluk sepeda motor ini. Di mata Krisna, sepeda motor yang pernah menyandang status sepeda motor sejuta umat di Indonesia itu punya nilai estetika tersendiri. “Semakin ke sini, semakin terlihat antik.”
Lewat akun itu, Krisna ingin menginspirasi para pengguna sepeda motor bebek jadul ini supaya tetap bangga meski saat ini sudah banyak sepeda motor keluaran baru.
Kini Krisna punya tiga sepeda motor bebek jadul: Astrea Prima keluaran akhir 1980-an, Astrea Grand keluaran awal 1990-an atau yang biasa disebut Astrea Grand Bulus, dan sebuah bebek C70 keluaran 1970-an yang sudah ia modifikasi bergaya Street Cub. Krisna juga merestorasi sepeda motor miliknya supaya tetap memakai komponen orisinal dan bergaya asli seperti keluaran pabrik. “Biasanya, kalau kondisinya terawat dan orisinal, harga jualnya bisa tinggi.”
Keasyikan lain yang didapat Krisna dari “memelihara” bebek tua ini adalah perburuan suku cadang yang memang sudah jarang. Bersama temannya ia kerap berkeliling bengkel-bengkel sepeda motor di sekitar Jawa Tengah untuk mencari onderdil yang sudah langka. Kemudian, barang-barang itu mereka jual di akun Instagram-nya yang lain. Di sana terdapat beberapa aksesori dan suku cadang Honda Astrea keluaran 1980-1990-an yang masih tampak baru dan mulus.
Kolektor motor bebek, Decky Sastra. Instagram/@deckysastra
Bersama teman-temannya sesama penggemar bebek klasik, Krisna rutin mengadakan riding atau touring bersama. “Dulu sebelum ada pandemi sering sunmori (Sunday Morning Ride atau berkendara pada Minggu pagi) dengan teman-teman komunitas, tapi sekarang jarang.” Selain keseruan, komunitas dapat membantunya ketika memerlukan onderdil untuk sepeda motornya. “Karena sepeda motor tua, beberapa spare part sudah jarang, apalagi untuk dapat yang orisinal.”
***
Anak muda lain yang berhasil memanfaatkan kemunculan tren restorasi sepeda motor bebek jadul adalah Aditya Tribagus. Pria asal Bandung ini adalah pemilik Ducks Garage, bengkel spesialis restorasi dan perawatan sepeda motor klasik, terutama bebek. Nama Ducks Garage sudah tenar hingga seluruh Indonesia. Berkali-kali sepeda motor hasil restorasi bengkel yang terletak di Jalan Laswi, Bandung, itu dijual dengan harga tinggi ke kota-kota besar di seluruh Indonesia.
Adit mendirikan Ducks Garage pada 2012 bersama lima temannya. Kebetulan mereka memang para penggemar sepeda motor bebek Honda C Series keluaran 1970-an. Pada masa awal berdirinya Ducks Garage, Adit dan kawan-kawannya juga lebih banyak menggarap sepeda motor bebek yang populer disebut bekjul (bebek tujuh puluh) tersebut. “Sejak 2014, penggemar bekjul makin banyak, diikuti dengan tren Honda Astrea,” tutur Adit, kemarin.
Mekanik mengerjakan modifikasi di Duck's Garage, Bandung, Jawa Barat, 6 November 2020. TEMPO/Prima Mulia
Seiring dengan meningkatnya popularitas sepeda motor bebek jadul di kalangan anak muda, permintaan restorasi dan perawatan sepeda motor di Ducks Garage pun meningkat. Kini dalam sebulan Adit dan kawan-kawannya bisa menggarap tiga sampai empat unit sepeda motor. Saking membeludaknya, konsumen yang ingin menyegarkan kembali penampilan dan mesin sepeda motornya di bengkel Adit harus masuk daftar antrean yang dibuka setahun sebelumnya. Adapun biaya untuk restorasi satu unit sepeda motor rata-rata Rp 3 jutaan. “Tapi itu bergantung pada kondisi motornya juga, karena setiap unit bisa berbeda-beda.”
Kini Ducks Garage menjadi rujukan para penggemar bebek jadul di Tanah Air. “Kami berupaya agar sepeda motor yang kami restorasi justru bisa jadi lebih bagus ketimbang asilnya dulu.” Tak hanya mengerjakan pesanan restorasi, Ducks Garage juga kerap memasarkan sepeda motor bebek tua yang sudah direstorasi. Sehingga pembeli tinggal menggunakannya.
Praga Utama