Selena Gomez baru-baru ini membuat pengakuan mengejutkan. Penyanyi Amerika Serikat berusia 26 tahun itu mengatakan telah menghapus aplikasi media sosial Instagram dari telepon seluler pintarnya. Padahal ia termasuk selebritas dunia yang memiliki pengikut sangat banyak, yaitu 152 juta pengikut per 24 Juni 2019.
Meski demikian, ia tetap mempertahankan akun Instagram-nya. Jika suatu waktu ingin membagikan sesuatu dengan pengikutnya, ia akan menggunakan telepon orang lain. Langkah itu ditempuh karena ia merasa aktivitasnya di akun media sosial itu menjadi tidak sehat. "Dan itu mempengaruhi saya. Itu membuat saya depresi dan merasa tidak baik tentang diri sendiri," ujar Selena saat tampil dalam acara Live with Kelly and Ryan.
Penggunaan media sosial memang diketahui dapat mempengaruhi kesehatan jiwa seseorang. Penelitian terbaru yang diterbitkan oleh American Psychological Association menemukan jumlah remaja dan orang dewasa yang mengalami gejala psikologi negatif meningkat tajam. Hal tersebut terutama terjadi pada mereka yang lahir pada 1995 ke atas. Lonjakan terbesar gejala terjadi pada 2011, ketika media sosial mulai banyak digunakan.
Profesor psikologi di San Diego State University, Jean Twenge, mengatakan penelitiannya menemukan mereka yang mengalami depresi berat atau mempunyai pikiran bunuh diri meningkat tajam pada mereka yang berusia remaja dan dewasa muda. Hal tersebut terjadi diperkirakan karena penggunaan media digital memiliki dampak yang lebih besar pada rentang usia ini dibanding orang dewasa yang cenderung memiliki kehidupan sosial yang lebih stabil. "Tren ini lemah atau tidak ada pada orang dewasa berusia 26 tahun ke atas," ucap Twenge.
Twenge dan timnya menganalisis data dari survei bernama National Survey on Drug Use and Health di Amerika Serikat. Ini adalah sebuah survei yang representatif secara nasional serta mengamati penggunaan narkoba dan alkohol, kesehatan mental, dan masalah-masalah lain yang berkaitan dengan kesehatan pada individu Amerika berusia 12 tahun ke atas sejak 1971.
Mereka melihat tanggapan survei lebih dari 200 ribu remaja usia 12 hingga 17 tahun pada 2005-2017 dan hampir 400 ribu orang dewasa berusia 18 tahun ke atas pada 2008-2017. Hasilnya, tingkat individu yang melaporkan gejala konsisten depresi berat dalam 12 bulan terakhir meningkat 52 persen pada remaja usia 12-17 tahun dan 63 persen pada orang dewasa muda usia 18-25 tahun. Ada juga peningkatan 71 persen pada orang dewasa muda yang mengalami tekanan psikologis serius pada 30 hari sebelumnya.
Penelitian lain menemukan unggahan di media sosial Facebook dapat digunakan untuk mengidentifikasi kecemasan dan depresi. Penelitian dilakukan para peneliti dari University of Pennsylvania School of Medicine dan Stony Brook University di Amerika Serikat. Mereka mengatakan analisis konten unggahan ke jejaring sosial dapat membantu menemukan tanda-tanda berbagai kondisi.
Misalnya, mendapatkan wawasan tentang pilihan gaya hidup seseorang dan bagaimana perasaan mereka. Mereka menemukan ini dengan menganalisis berbagai unggahan 1.000 pasien tes di Facebook. Selain bisa menjelaskan gaya hidup dan perasaan seseorang, penelitian ini dapat membantu memberikan informasi ihwal perawatan potensial kepada pasien.
Peneliti utama, Raina Merchant, mengatakan penelitian ini masih tahap awal. Tapi ia berharap hasilnya dapat digunakan untuk memberikan informasi lebih baik kepada pasien dan penyedia layanan tentang kesehatan mereka. "Karena unggahan di media sosial sering kali tentang pilihan dan pengalaman gaya hidup seseorang atau bagaimana perasaan mereka."
Misalnya, penggunaan kata seperti minuman atau botol secara teratur dapat digunakan untuk memprediksi penyalahgunaan alkohol. Sementara itu, penggunaan bahasa yang memiliki kesan bermusuhan dapat dijadikan indikator penyalahgunaan narkoba dan psikosis-kondisi keadaan mental yang terganggu oleh delusi atau halusinasi.
Salah satu cara mengatasi kecemasan yang timbul akibat pemakaian media sosial adalah detoks digital. Penggiat media sosial, Enda Nasution, mengatakan detoks media sosial bisa dilakukan dengan uninstall aplikasi media sosial di telepon seluler Anda, seperti yang dilakukan oleh Selena Gomez.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui efek yang dihasilkan dari ketidakmampuan Anda mengakses media sosial. "Dilakukan dalam kurun waktu tertentu," kata Enda.
Program detoks media sosial, kata Enda, juga bisa dilakukan dengan cara lain. Misalnya, mengurangi frekuensi memperbarui status dan mengatur frekuensi mengecek surat elektronik. "Harus dikelola informasi yang datang ke kita, jangan menyerah." NBC | THE TELEGRAPH | DIKO OKTARA
Depresi Mengintai dari Media Sosial