Google Indonesia baru-baru ini merilis hasil riset mengenai gaya dan kebiasaan penduduk Indonesia saat hendak melakukan perjalanan wisata. Riset tersebut menunjukkan penelusuran terkait dengan perjalanan wisata yang meningkat 30 persen selama setahun terakhir. "Masyarakat Indonesia sangat mengandalkan pencarian web saat ingin melakukan sesuatu, termasuk merencanakan perjalanan wisata," kata Manajer Google Indonesia Zulfi Rahadian, Kamis pekan lalu.
Hasilnya, kata dia, konsumen Indonesia membutuhkan waktu cukup lama untuk memilih. Rata-rata masyarakat Indonesia memerlukan waktu 13 hari untuk memilih kamar hotel yang akan ditempati. "Ini adalah jangka waktu yang panjang bagi brand untuk menawarkan informasi yang membantu konsumen dalam menentukan pilihan," ujarnya.
Menurut Zulfi, penelusuran dan video merupakan dua hal efektif untuk mempengaruhi keputusan konsumen. Sebab, berdasarkan riset tersebut, sembilan dari sepuluh konsumen Indonesia yang mencari akomodasi setuju bahwa penelusuran atau riset sangat penting sebelum memutuskan pilihan. Selain itu, delapan dari sepuluh konsumen mengatakan mereka merasa nyaman mengambil keputusan setelah diyakinkan lewat video yang menjelaskan mengenai brand dan produk jasa yang ditawarkan.
Menariknya, kata dia, banyak keputusan yang diambil oleh konsumen pada menit-menit akhir. Hal ini terungkap lewat hasil riset yang menyatakan 24 persen pemesanan hotel dilakukan pada menit akhir–kurang dari sehari. Jumlah ini meningkat menjadi 32 persen selama puncak musim liburan. Kunci keberhasilan sebuah brand dalam pertarungan pada menit akhir ini adalah kemudahan melakukan pemesanan dan ketersediaan informasi yang relevan dan komprehensif.
Temuan lainnya adalah penelusuran terkait dengan perjalanan di kota-kota sekunder tumbuh lebih pesat, sekitar 48 persen, ketimbang kota-kota besar yang hanya tumbuh sekitar 18 persen. "Kota-kota sekunder ini merupakan tujuan yang populer," tuturnya. Delapan dari sepuluh penelusuran tujuan domestik terfavorit adalah tempat-tempat di Pulau Jawa dengan destinasi Malang sebagai juaranya.
Sedangkan untuk destinasi luar negeri, masyarakat Indonesia banyak mencari destinasi-destinasi di luar Asia Tenggara. Tujuh dari sepuluh warga negara Indonesia mencari destinasi di luar kawasan ASEAN, dengan Tokyo sebagai destinasi favorit. "Anda mungkin mengira tujuan luar negeri yang paling banyak ditelusuri berada di Asia Tenggara. Jika demikian, Anda salah."
Ia menambahkan, industri perjalanan wisata sangat penting bagi ekonomi Indonesia dengan perkiraan sumbangan pendapatan US$ 25 miliar pada 2025. Karena itu, kata dia, hasil riset ini dapat membantu para pelaku usaha jasa pariwisata untuk menangkap peluang dengan strategi yang tepat.
Vice President of Marketing Traveloka, Kurnia Rosyada, mengatakan perusahaannya sudah menangkap gejala perubahan tren pola konsumsi yang menjangkiti masyarakat Indonesia sejak beberapa tahun terakhir. "Saat ini, sebagian masyarakat Indonesia lebih gemar menghabiskan waktu dan pendapatannya untuk kebutuhan traveling," ujarnya. Ia menuturkan pengeluaran liburan sepanjang 2018 diperkirakan akan tumbuh 5,1 persen mencapai angka Rp 368,9 triliun.
Menurut Kurnia, strategi yang paling tepat untuk memenangi pilihan konsumen adalah menyediakan kemudahan akses informasi perjalanan dan kenyamanan pembelian. Sebab, kata dia, pelancong domestik gemar melakukan riset mendalam sebelum memulai perjalanan dan memutuskan pilihan cenderung pada menit-menit akhir. "Pada kondisi ini, kecepatan dan kemudahan adalah faktor penentu." DINI PRAMITA