LUTUT FREI
Wajahnya merengut jelas sekali. Ia tak mampu lagi menahan tangis. Ini lebih dari sekadar kekalahan 0-1 timnya, Swiss, dalam pertandingan pembuka melawan Republik Cek. Tapi ini tentang lutut dan masa sebulan ke depan.
Begitulah. Air mata tak mampu menghapus fakta bahwa Alexander Frei, roh tim tuan rumah, harus undur bagai kabut dan embun yang hilang pagi-pagi sekali. Ia meninggalkan timnya yang boleh dibilang masih hijau untuk berkompetisi dengan
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini