JAKARTA – Kementerian Perhubungan mempercepat revitalisasi fasilitas 46 terminal bus tipe A yang desainnya sudah dirancang sejak 2019. Direktur Prasarana Transportasi Darat Kementerian Perhubungan, Popik Montanasyah, mengatakan pengerjaan proyek tersebut tetap berjalan meski ada pemotongan anggaran untuk penanganan Covid-19. “Sebagian proyek yang dibiayai dengan anggaran negara sudah siap diresmikan,” kata dia kepada Tempo, kemarin.
Data Kementerian Perhubungan menyebutkan ada 128 terminal tipe A yang dikelola pemerintah pusat. Sebagian dari jumlah tersebut merupakan aset daerah yang dialihkelola oleh Kementerian Perhubungan. Dari 46 terminal yang sudah memiliki detailed engineering design (DED) pada 2019, Kementerian Perhubungan merevitalisasi 24 lokasi pada 2020. Popik mengklaim sudah merampungkan empat terminal dalam daftar program revitalisasi tahap pertama, sedangkan sisanya dalam tahap konstruksi.
Pada 2021, revitalisasi dilanjutkan pada 16 terminal tipe A lainnya yang juga sudah mengantongi DED. “Kami menjadwalkan lima terminal akan selesai dalam tahun anggaran ini, sehingga sembilan proyek rampung dalam dua tahun,” tutur Popik.
Pada akhir tahun lalu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menawarkan skema kolaborasi pengembangan enam terminal tipe A kepada swasta. Keenam terminal yang akan dikelola dengan skema kerja sama pengelolaan (KSP) itu adalah Terminal Entrop di Jayapura, Terminal Anak Air di Padang, Terminal Guntur Melati di Garut, Terminal Bulupitu di Purwokerto, Terminal Mangkang di Semarang, dan Terminal Tirtonadi di Solo.
Suasana Terminal Tipe A di Kota Tasikamalaya, Jawa Barat, 1 Mei 2020. ANTARA/Adeng Bustomi
Budi mengatakan proyek terminal bus eksekutif layak didanai oleh Lembaga Pengelola Investasi (LPI), sama halnya dengan 10 bandara baru yang masuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Kementerian Perhubungan 2020-2024, serta proyek perkeretaapian modern, seperti light rail train dan mass rapid transit.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Budi Setiyadi, mengatakan terminal tipe A tak hanya dikembangkan sebagai prasarana angkutan, tapi juga untuk bisnis lain, seperti pariwisata. Pengoperasiannya bisa terhubung dengan hotel, mal, pusat olahraga, pusat belanja, dan tempat kuliner. “Terminal modern menciptakan bangkitan baru, sehingga dapat mendukung pemulihan ekonomi nasional,” tutur Budi Setiyadi.
Investasi swasta semakin dibutuhkan di tengah derasnya realokasi anggaran untuk mitigasi Covid-19. Pada tahun ini, Ditjen Perhubungan Darat awalnya diberi anggaran Rp 7,6 triliun untuk berbagai program, termasuk revitalisasi terminal. Namun jatah itu dipotong sehingga hanya mendapat Rp 5,6 triliun. Kementerian Perhubungan akhirnya menunda revitalisasi beberapa proyek, seperti Terminal Bawen dan Terminal Mendolo di Jawa Tengah. “Pengoperasian kedua terminal itu dinilai masih cukup baik,” kata Budi dalam rapat kerja dengan Komisi Transportasi Dewan Perwakilan Rakyat, kemarin.
Direktur Utama PT Lookman Djaja Logistics, Kyatmaja Lookman, menyarankan DED revitalisasi diadaptasikan dengan berbagai konsep yang segar agar lebih menarik di mata calon pemodal. Dia mencontohkan konsep hunian terintegrasi (transit-oriented development/TOD) yang mencakup pusat retail dan hiburan. Skema TOD sudah diterapkan di beberapa stasiun kereta api. “Kalau hanya untuk terminal bus, sudah tak zaman. TOD kan butuh traffic manusia. Terminal bisa menyediakan itu,” ucapnya.