JAKARTA – Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia, Maulana Yusran, memperkirakan libur panjang pada akhir pekan ini hanya sedikit menambah tingkat okupansi kamar hotel. Kenaikan akan dialami penginapan yang terletak di sekitar kota besar seperti Bogor.
Maulana menyatakan pandemi telah mengubah perilaku perjalanan para pelancong. Khawatir akan penularan virus, tak sedikit wisatawan yang membatasi perjalanannya hanya di sekitar rumah. Itu sebabnya staycation atau menginap di hotel di dekat rumah menjadi tren di kota besar dan sekitarnya.
“Selain itu, pelancong banyak yang berpindah dari menggunakan kendaraan umum ke kendaraan pribadi sehingga ada batasan jarak,” tuturnya kepada Tempo, kemarin. Pasalnya, bepergian menggunakan kendaraan umum memerlukan berbagai macam syarat.
Maulana mencontohkan, tingkat okupansi hotel di Bogor pada tiga bulan pertama 2021 mampu mencapai 50 persen. Sementara itu, di banyak daerah, tingkat okupansi kamar rata-rata tertinggi hanya 30 persen. Pada tahun lalu, kawasan Jakarta dan sekitarnya mencatat tingkat okupansi tertinggi.
Tingkat keterisian kamar yang tinggi pun ditemukan di Kalimantan Timur, Sumatera Selatan, dan Lampung. Secara nasional, rata-rata tingkat okupansi hotel pada 2020 sebesar 34 persen, turun dibanding pada tahun sebelumnya yang mencapai 53 persen.
Pengelola hotel saat acara JogjaVagansa 2021, ajang promosi pariwisata yang diikuti pelaku usaha pariwisata, seperti agensi perjalanan, hotel, dan destinasi wisata di Yogyakarta, 24 Maret 2021. ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
Meski berpotensi mengalami kenaikan tingkat okupansi, Maulana menambahkan, jumlahnya tak akan signifikan. Tingkat keterisian kamar hotel pada umumnya melonjak saat libur Lebaran, Natal, dan tahun baru, serta libur sekolah. Dengan adanya larangan mudik, dia memperkirakan tak ada kenaikan berarti pada tingkat keterisian kamar hingga tahun depan.
Maulana menuturkan para pengusaha tetap menjalankan strategi untuk menarik minat masyarakat menghabiskan malam di hotel. Salah satunya dengan mendorong sertifikasi kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan lingkungan. Kampanye bepergian dengan menerapkan protokol kesehatan juga terus digencarkan.
Public Relations Manager Reddoorz, Vinda Karuna Mudita, satu suara dengan Maulana ihwal tingkat keterisian kamar di momen libur panjang kali ini. Dia menyatakan terdapat kenaikan tingkat keterisian kamar, tapi jumlahnya tidak signifikan dibanding hari normal.
“Peningkatan terpantau terjadi di daerah-daerah tujuan wisata, seperti Bandung, Malang, dan Yogyakarta,” ujarnya. Meski Jakarta bukan tujuan wisata, tingkat okupansi kamar di Ibu Kota cukup tinggi karena didukung tren staycation.
Vinda mengatakan tak ada promo khusus yang disiapkan untuk menyambut libur panjang kali ini. Namun sejumlah promo berupa potongan harga gencar diberikan untuk menarik minat pelanggan dengan memanfaatkan momentum gajian dan promo akhir pekan.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bintan, Wan Rudy Iskandar, menyatakan sejumlah hotel di daerahnya sudah bersiap menyambut libur panjang. Pasalnya, sejak awal tahun, kegiatan wisata di Bintan mulai bergeliat.
“Beberapa hotel yang berada di Lagoi, saat akhir pekan, okupansinya sudah bagus, sekitar 80-90 persen,” kata dia. Resort di kawasan Pantai Trikora pun tercatat mengalami kenaikan tingkat keterisian kamar menjadi 60-70 persen pada akhir pekan.
Menurut Rudy, kenaikan ini didorong oleh kunjungan wisatawan domestik. Kerja sama dengan agen perjalanan untuk menawarkan paket perjalanan ampuh menarik minat pelancong. Bintan kini juga sedang mempersiapkan diri untuk menyambut wisatawan asing, salah satunya dari Singapura. Untuk memenuhi kebutuhan kamar, dia menargetkan membuka 7-8 resort tambahan di Lagoi.
“Mudah-mudahan pada pertengahan tahun ini sudah buka semua,” katanya.