JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) mengkaji ulang rencana pembelian gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) dari Mozambique LNG1 Company Pte Ltd. Penyebabnya adalah penurunan permintaan gas setelah pandemi Covid-19.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan konsumsi LNG pada tahun lalu mencapai 68,35 juta metrik British thermal unit (MMBTU), turun dibanding konsumsi pada 2019 yang mencapai 111 juta MMBTU. "Faktor terbesarnya adalah penurunan konsumsi listrik," kata dia, kemarin. Dampaknya, PT PLN (Persero) memprioritaskan penggunaan listrik dari batu bara dibanding gas.
Kondisi tersebut membuat kebutuhan gas nasional menurun dari 33,4 kargo pada 2019 menjadi 23,5 kargo pada 2020. Nicke mengatakan tahun ini kondisinya belum akan membaik. Dia memproyeksikan kebutuhan domestik hanya mencapai 17,6 kargo.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati di Jakarta, Mei 2019. TEMPO/Imam Sukamto
Di pasar internasional pun kondisinya tidak jauh berbeda. Permintaan ekspor dari pasar terbesar, seperti Jepang dan Cina, menurun selama masa pandemi. Tahun ini Pertamina memperkirakan kebutuhan di luar negeri sebanyak 68,3 kargo.
Karena permintaan menurun dan akhir masa pandemi belum pasti, Nicke mengatakan Pertamina mempertimbangkan ulang pembelian gas dari Mozambik. Pertamina berencana mendatangkan 1 juta ton LNG per tahun mulai 2025 selama 20 tahun, dengan dasar neraca gas bumi pada 2018 yang meramalkan defisit gas pada 2025.
Nicke menyatakan Pertamina telah memulai negosiasi kontrak jangka panjang dengan Mozambique LNG1 sejak 2013. Negosiasi dilakukan sebagai antisipasi defisit gas yang tertera dalam neraca gas bumi Indonesia 2011.
Diskusi dengan Mozambique LNG1 berlanjut dengan penandatanganan head of agreement pada tahun berikutnya. Pertamina dan Mozambique LNG1 melakukan negosiasi ulang pada 2017 lantaran perubahan kondisi pasar. Pada 13 Februari 2019, Pertamina menandatangani kontrak perjanjian jual-beli (sales purchase agreement/SPA) gas yang berasal dari Mozambique LNG1.
Mozambique LNG1 saat itu terpilih sebagai mitra karena beberapa alasan. "Harganya cukup kompetitif untuk kontrak jangka panjang dibanding kontrak yang sudah berjalan selama ini," tutur Nicke. Pertamina juga mendapatkan fleksibilitas periode dan volume pengiriman.
Pertamina pun mempertimbangkan keamanan pasokan Mozambique LNG1. Menurut Nicke, perusahaan tersebut memiliki potensi cadangan hingga 75 triliun kaki kubik. "Di sana, sumber LNG cukup banyak dan fasilitas yang dibangun memang khusus," kata dia. Pengkajian kontrak perjanjian jual-beli gas didasari rencana umum energi nasional (RUEN) terbaru yang akan diterbitkan pemerintah. Perusahaan perlu menghitung kembali neraca gas nasional sebelum melanjutkan kontrak. "Agar tidak terjadi dampak di kemudian hari," ujar Nicke.
Kapal pengangkut liquefied natural gas (LNG) di Kilang LNG Donggi Senoro, Desa Uso, Kecamatan Batui, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, 2015. TEMPO/Subekti
Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama menyatakan sudah meminta pengkajian ulang perjanjian impor LNG sejak Februari 2020. Jajaran komisaris meminta pertimbangan ulang lantaran pasokan LNG dalam negeri yang sedang berlebih.
Saat rencana pengkajian ulang kontrak ini mengemuka, Pertamina dikabarkan menerima gugatan senilai US$ 2,8 miliar dari Mozambique LNG1. Namun Nicke membantah kabar tersebut. "Gugatan itu tidak ada karena kontrak ini baru akan berjalan efektif pada 2025," ujarnya.
Kabar gugatan itu ilontarkan anggota Komisi Energi Dewan Perwakilan Rakyat, Tifatul Sembiring, dalam rapat pada 19 Januari lalu bersama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif. Dia mengaku mendengar adanya surat dari Menteri Energi Mozambik untuk Arifin yang berisi permintaan untuk mengeksekusi perjanjian jual-beli gas atau terancam tuntutan ganti rugi US$ 2,8 miliar. "Betulkah Menteri Energi Mozambik menyurati Pak Menteri?" ujarnya.
Saat itu Arifin Tasrif tidak memberikan jawaban lugas. Dia menyatakan akan mengevaluasi beragam hal yang ditanyakan anggota Dewan. "Kami akan evaluasi dan perbaiki hal yang belum sempurna," tutur dia.
VINDRY FLORENTIN