JAKARTA – Ketua Umum Asosiasi Pengembang Properti dan Permukiman Seluruh Indonesia Junaidi Abdillah mengatakan penjualan properti pada triwulan III tahun ini mulai menunjukkan perbaikan dibanding triwulan sebelumnya. Ia berujar, penyerapan sektor properti pada triwulan III sudah mencapai 50 persen dari penyerapan pada periode yang sama tahun lalu.
"Pembelian didominasi oleh end-user (pembeli pengguna), jenisnya kredit perumahan rakyat bersubsidi, dan harga rumahnya Rp 500 juta ke bawah. Kalau pembelian dari sektor investasi masih belum (bergerak)," ujar Junaidi kepada Tempo.
Junaidi menambahkan, penjualan properti pada triwulan II 2020 hanya sekitar 30 persen dari penjualan pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini terjadi bersamaan dengan pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi 5,32 persen. Ia mengharapkan, penjualan pada triwulan IV akan membaik dan mencapai 60 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Ketua Umum Real Estate Indonesia Paulus Totok Lusida sebelumnya juga menyatakan optimistis bisnis properti bakal bangkit pada 2021. Optimisme tersebut terlihat dari meningkatnya penjualan properti pada triwulan III, terutama untuk rumah dengan harga di bawah Rp 1 miliar. Ia menuturkan kontribusi penjualan rumah di bawah Rp 1 miliar mencapai 83 persen.
Optimisme serupa tampak pula pada realisasi penjualan rumah tapak oleh PT Intiland Development Tbk. Pada triwulan III 2020, penjualan rumah tapak emiten berkode perdagangan DILD itu mencapai Rp 474 miliar, atau naik 65 persen dari periode tahun lalu sebesar Rp 288 miliar. Direktur Pengembangan Bisnis Intiland Permadi Indra Yoga menyebutkan penjualan rumah tapak berkontribusi 65-70 persen dari total penjualan.
Ia mengungkapkan, pada tahun ini, Intiland memasang target penjualan Rp 1 triliun, lebih rendah dari realisasi penjualan tahun lalu yang sebesar Rp 1,5 triliun. Menurut Yoga, Intiland tetap optimistis target penjualan akan tercapai pada tahun ini. “Kemungkinan akan ada tambahan penjualan lagi Rp 400-450 miliar di kuartal empat,” ucapnya.
Intiland juga bakal meluncurkan DUO, kluster baru di perumahan Talaga Bestari, Cikupa, Tangerang, Banten. Rumah di kluster baru ini dipasarkan dengan harga mulai dari Rp 700 juta. Saat ini, kata dia, pasar hunian rumah tapak dengan harga di bawah Rp 1 miliar masih bergerak dan memiliki potensi yang sangat besar.
“Potensi pasar pada segmen ini terbuka luas, terutama dari keluarga muda yang sedang mencari rumah pertama," ucap Yoga.
Presiden Direktur PT Astra Modern Land Wibowo Muljono menyatakan angka penjualan perusahaannya telah mencapai 60 persen dari target setelah diluncurkannya kluster Sentarum, di perumahan Asya, Jakarta Timur, Oktober lalu. Wibowo menyebutkan Asya berkontribusi 70 persen terhadap keseluruhan penjualan Astra Property sepanjang tahun ini.
Dari sisi produk, ia menambahkan, penjualan rumah tapak masih naik cukup besar. "Berdasarkan analisis kami, pembeli di perumahan Asya lebih banyak end-user daripada investor. Hal ini saya kira sangat masuk akal karena pembeli end-user, mau dalam situasi apa pun, kalau sudah saatnya membeli rumah akan mencari rumah," tutur Wibowo.
Direktur Pusat Studi Properti Indonesia Panangian Simanungkalit mengatakan pengembang masih akan berfokus pada pasar menengah ke bawah, misalnya keluarga muda yang baru pertama kali membeli rumah. Selain itu, kata dia, pengembang mengincar konsumen yang ingin memperluas rumahnya.
"Ini waktu yang tepat bagi first time buyer untuk membeli. Mereka merugi kalau harus menahan (membeli) karena harganya sedang 'cuci gudang' untuk mengamankan arus kas (perusahaan)," ia menuturkan.
Panangian memprediksi, pasar properti untuk kelas menengah ke bawah baru akan pulih pada triwulan II 2021 yang diikuti dengan pertumbuhan kredit. Sementara itu, pasar properti bagi kelas menengah atas atau untuk investasi baru akan pulih pada akhir 2021-2022.
FAJAR PEBRIANTO | LARISSA HUDA
Penjualan Properti Kian Membaik