JAKARTA – PT Aneka Tambang Tbk atau Antam menandatangani Pokok Perjanjian Proyek Kerja Sama Rantai Pasok Industri Lithium Battery atau baterai kendaraan listrik dengan perusahaan asal Cina, Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL). Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif, kerja sama tersebut menjadi pionir dalam industri pemurnian bijih nikel kadar rendah sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik.
"Untuk masa mendatang, diharapkan Indonesia mampu menjadi negara yang berdaya guna dan berdaya saing dalam menyediakan kendaraan listrik, dengan membentuk global value chain di dalam negeri," kata dia melalui keterangan tertulis.
Arifin juga berharap kerja sama tersebut dapat menjadi roda penggerak ekonomi baru. Menurut dia, Indonesia memiliki potensi pengembangan industri baterai litium karena memiliki cadangan nikel, kobalt, dan mangan yang besar. Pemerintah telah mengatur penghiliran mineral dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. "Pemerintah terus mendorong terbangunnya smelter, terutama penghasil nikel sulfat dan kobalt sulfat sebagai bahan baku utama baterai listrik. Saat ini ada beberapa perusahaan yang telah membangun smelter dengan teknologi hidrometalurgi, salah satunya adalah Antam," katanya.
Berdasarkan informasi dari sumber Tempo, nilai investasi Antam dan CATL mencapai US$ 5,1 miliar atau sekitar Rp 72 triliun. Proses konstruksi akan berjalan pada 2021. Sumber itu menyatakan bahwa Antam dan CATL akan membentuk skema patungan atau joint venture (JV) dari sisi hulu hingga ke hilir. Di hulu, kerja sama berupa pengelolaan konsesi tambang nikel Buli Serani, Halmahera Timur, Maluku Utara, seluas 39 ribu hektare. Dari luas total area tersebut, 12.350 hektare akan dikelola Antam bersama CATL dengan kepemilikan saham masing-masing 51 persen dan 49 persen.
Di sisi hulu, Antam akan membagi lahan konsesi atau izin usaha pertambangan (IUP) nikel di Buli Serani, Halmahera Timur, Maluku Utara, seluas 12.350 hektare. Lahan ini memiliki sumber daya berupa saprolite dan limonite (nikel kadar rendah). Dalam joint venture ini, Antam dan CATL memiliki saham masing-masing 51 persen dan 49 persen.
Adapun di sektor hilir, Antam dan CATL membentuk sub-joint venture yang menangani proyek kawasan industri, smelter dengan teknologi Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) dan High Pressure Acid Leaching (HPAL), hingga pabrik prekursor dan katode baterai. Berbeda dengan proyek di sektor hulu, dengan Antam menjadi pemegang saham mayoritas; di sisi hilir, CATL akan menjadi pemilik utama. "Ini masih dalam proses negosiasi tahap akhir final," kata sumber tersebut.
Selain bekerja sama dengan CATL, Antam dan BUMN lain yang tergabung dalam Indonesia Battery Holding (IBH) akan bekerja sama serupa dengan LG Chem, Panasonic, Farasis, Samsung SDI, serta BYD.
Saat dimintai konfirmasi, Direktur Utama Antam, Dana Amin; Sekretaris Perusahaan Antam, Kunto Hendrapawoko; dan Direktur Niaga Antam, Aprilandi Hidayat Setia, tidak memberikan jawaban. Adapun rencana kerja sama dengan LG Chem dibenarkan oleh juru bicara Badan Koordinasi Penanaman Modal, Tina Talisa. "Saat ini masih dalam proses pembahasan dan negosiasi,” ujar dia.
Direktur Industri Logam Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian, Budi Susanto, mengatakan Kementerian terus mendorong investasi baterai kendaraan listrik. Menurut dia, investasi ini merupakan langkah strategis untuk menjadikan Indonesia sebagai pemain utama industri kendaraan listrik.
“Penguasaan teknologi baterai dan sumber bahan baku baterai litium, seperti nikel, kobalt, mangan, dan aluminium, yang cukup melimpah. Ini kunci utama bagi Indonesia untuk menciptakan keunggulan yang kompetitif," ujar Budi.
LARISSA HUDA | YANDHRIE ARVIAN
Antam-CATL Susun Skema Usaha Patungan