JAKARTA – Operator penerbangan berupaya memanfaatkan stimulus baru dari pemerintah untuk mendongkrak volume penumpang pada triwulan terakhir tahun ini. Ketua Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Denon Prawiraatmadja mengatakan insentif berupa penghapusan tarif pelayanan jasa penumpang pesawat udara (PJP2U) atau airport tax tersebut otomatis akan memangkas tarif tiket, sehingga berpotensi meningkatkan minat bepergian masyarakat.
“Kalau bisa mencapai tiga juta penumpang per bulan pada Oktober, November, Desember, sudah bagus,” ucapnya kepada Tempo, Jumat lalu.
Denon menyebutkan volume penumpang pesawat anjlok akibat pembatasan sosial selama pandemi. Pada masa larangan mudik pada Mei lalu, hanya sekitar 100 ribu penumpang yang bepergian. Padahal, sepanjang 2019, jumlah penumpang pesawat menembus delapan juta orang per bulan. “Pada September, jumlah penumpang sudah di atas dua juta orang per bulan, tapi prosesnya tak instan,” dia menuturkan.
Penumpang domestik tiba di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Kuta, Bali, 31 Juli 2020. Johannes P. Christo
Pemerintah menganggarkan dana senilai Rp 216,5 miliar untuk membantu bisnis penerbangan. Sebanyak Rp 175,7 miliar dari jumlah itu dijadikan insentif PJP2U, sementara Rp 40,8 miliar dipakai untuk menalangi biaya kalibrasi fasilitas telekomunikasi penerbangan serta alat bantu pendaratan visual yang harus dibayar maskapai kepada operator. Stimulus ini berlaku sejak Jumat lalu hingga 31 Desember mendatang. Khusus insentif pembebasan airport tax hanya berlaku untuk rute domestik di 13 bandara.
Pemberian bantuan kepada industri aviasi dan wisata rencananya dikucurkan pada Maret lalu. Namun rencana itu batal lantaran kas negara banyak tersedot untuk program penanganan wabah yang mulai meluas di dalam negeri. Beberapa waktu lalu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sudah lebih dulu menyalurkan dana hibah sebesar Rp 3,3 triliun untuk 101 kota dan kabupaten yang pendapatan pajaknya ditopang oleh bisnis pelancongan.
Sekretaris Jenderal INACA Bayu Sutanto mengatakan stimulus penerbangan bakal menyasar segmen perjalanan nonbisnis, seperti wisata domestik atau kunjungan keluarga. Menurut dia, maskapai bisa berharap meraup pendapatan dari masa libur panjang pada akhir pekan ini. “Masih ada juga liburan akhir tahun. Tapi, seberapa efektifnya, kita lihat nanti,” ucapnya.
Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra menuturkan perusahaannya mulai menyesuaikan tarif tiket sesuai dengan kebijakan pemerintah. Dengan stimulus, kata dia, maskapai bisa menghapus pungutan airport tax dari komponen tarif tiket pesawat. "Kami berlakukan secara menyeluruh pada seluruh kanal penjualan tiket Garuda,” ucapnya. Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson Jauwena mengatakan hal serupa.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Novie Riyanto memperkirakan insentif baru itu akan dinikmati oleh sekitar 1,6 juta penumpang hingga akhir 2020. Dia mengungkapkan, ada juga usul untuk melanjutkan stimulus serupa pada tahun depan untuk 9,7 juta penumpang senilai Rp 1,01 triliun. Menjelang akhir bulan ini, Kementerian Perhubungan memprediksi volume penumpang akan meningkat lebih dari 20 persen karena adanya sejumlah hari libur dan libur akhir pekan.
Konsultan sekaligus pengamat penerbangan dari CommunicAvia, Gerry Soejatman, berpendapat bahwa insentif airport tax hanya akan membantu segmen pasar yang benar-benar harus terbang di kala pandemi. “Hingga saat ini, mayoritas penumpang hanya bepergian karena pekerjaan,” ujarnya. Adapun anggota Ombudsman, Alvin Lie, mengatakan, meskipun insentif yang diberikan pemerintah bisa mengurangi beban biaya kalibrasi, beban operasional yang harus ditanggung maskapai masih berat karena besarnya kerugian akibat pandemi.
Sekretaris Umum Asosiasi Travel Agent Indonesia Pauline Suharno berharap insentif pemerintah bisa meluas ke semua jenis usaha perjalanan, termasuk biro perjalanan. Saat ini, menurut dia, stimulus hanya mengalir ke pelaku usaha besar, seperti maskapai penerbangan, perhotelan, dan restoran. “Kami tak kebagian insentif di level usaha mikro, kecil, dan menengah.”
FRANSISCA CHRISTY ROSANA | CAESAR AKBAR | YOHANES PASKALIS