JAKARTA – Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan realisasi investasi pada triwulan III mencapai Rp 209 triliun, tumbuh 1,6 persen dibanding pada triwulan III 2019. Bahlil mengatakan capaian tersebut sangat signifikan, mengingat realisasi investasi pada triwulan sebelumnya menurun 4,3 persen dibanding pada periode yang sama tahun lalu. “Masa kritis investasi seperti yang terjadi pada triwulan II sudah berlalu," kata dia, kemarin.
Untuk penanaman modal dalam negeri, BKPM mencatat realisasi pada triwulan III mencapai Rp 102,9 triliun, tumbuh 2,1 persen secara tahunan. Data BKPM juga menunjukkan realisasi investasi di luar Jawa semakin dominan, yakni mencapai Rp 110,4 triliun atau sekitar 52,8 persen dari total investasi pada triwulan III ini. "Ini menunjukkan pembangunan infrastruktur oleh pemerintah pada lima tahun terakhir mulai terasa dampaknya. Investor mulai mau berinvestasi di luar Jawa ketika kualitas logistik dan infrastrukturnya bagus," ujar dia.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bidang Hubungan Internasional, Shinta Widjaja Kamdani, mengatakan realisasi investasi tersebut mendatangkan optimisme. Menurut dia, ada peluang bagi masyarakat yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi Covid-19 untuk kembali bekerja dalam setahun ke depan.
"Namun perlu diperhatikan juga bahwa realisasi investasi yang dilaporkan itu sangat penting untuk terus dikawal agar betul-betul menciptakan efek ekonomi yang diinginkan dalam waktu dekat," ujar dia.
Menurut Shinta, kondisi saat ini masih rawan karena pemulihan ekonomi nasional dan global belum stabil. Dia mengatakan masih ada potensi penghentian atau perlambatan investasi karena adanya kendala kecukupan modal atau mobilitas investor asing ke Indonesia. "Kami harapkan tren peningkatan realisasi investasi ini akan terus naik hingga akhir tahun," ujar dia. Shinta menambahkan, berbagai faktor ekonomi saat ini yang mempengaruhi investasi cukup kondusif, baik di level global maupun nasional. Dia berujar hal itu bisa mendukung peningkatan investasi pada triwulan IV dan tahun depan.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), Mohammad Faisal, menuturkan, secara kualitatif, realisasi investasi pada triwulan III sudah seharusnya lebih baik ketimbang triwulan sebelumnya. Hal itu terjadi sejalan dengan aktivitas ekonomi yang membaik. Namun Faisal berujar capaian tersebut masih jauh dari indikator pemulihan ekonomi. "Seringkali indikator yang disampaikan oleh BKPM tidak sejalan dengan PMTB (pembentukan modal tetap bruto) yang ada kemungkinan masih negatif.”
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Perekonomian, Iskandar Simorangkir, mengatakan investasi akan naik seiring dengan mulai dibukanya aktivitas perekonomian. Iskandar mengklaim, dari beberapa kali diskusi dengan investor asing dan domestik, mereka tertarik berinvestasi ke Indonesia setelah terbit Undang-Undang Cipta Kerja. Dengan pemangkasan birokrasi dan mudahnya mendapatkan izin usaha, kata dia, investor tertarik datang ke Indonesia karena biaya memulai usaha di Indonesia menjadi lebih rendah. "Keterlibatan UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) tentunya akan semakin besar dengan mudahnya mendapat izin usaha dengan perizinan tunggal serta adanya insentif bagi usaha besar jika bermitra dengan UMKM," ujar dia.
LARISSA HUDA