JAKARTA – Rencana tiga badan usaha milik negara (BUMN) untuk membangun konsorsium industri baterai kendaraan listrik memasuki tahap akhir. Direktur Utama PT Mining and Industry Indonesia (MIND ID) Orias Petrus Moedak mengatakan holding Indonesia Battery dengan investasi US$ 12 miliar itu akan rampung sebelum akhir tahun ini. “Dalam dua bulan ke depan, perusahaan tersebut sudah berdiri,” ujar dia, kemarin.
Orias mengatakan tim pengembangan untuk industri baterai sudah dibentuk sejak awal tahun dengan menunjuk Komisaris Utama MIND ID, Agus Tjahjana Wirakusumah, sebagai ketua. Anggota tim ini terdiri atas direksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam), PT Pertamina (Persero), dan PT PLN (Persero).
Dua perusahaan asing, yaitu Contemporary Amperex Technology Co, Ltd (CATL) dari Cina dan LG Chem Ltd asal Korea, masuk proyek pengembangan baterai lewat skema joint venture. Ada tiga opsi lokasi pabrik, yaitu Sulawesi Tenggara, Halmahera, dan Papua. Pembangunan pabrik rampung dalam tiga tahun ke depan.
Dalam produksi baterai tersebut, Orias mengatakan salah satu bahan baku yang tidak tersedia di dalam negeri adalah litium, sehingga perlu diimpor. Kalaupun ada tambang yang bisa dilepas, Orias mengatakan MIND ID siap berinvestasi karena pasarnya jelas, termasuk jika harus berinvestasi di perusahaan asing. “Kami sudah lihat dan dengar litium itu ada di (negara) mana. Karena demand tinggi sekali, investasi tentu mahal,” ujar dia.
Orias berharap industri baterai berjalan beriringan dengan pengembangan kendaraan listrik. Apabila permintaan di dalam negeri tidak besar, Orias mengatakan ada opsi ekspor untuk memenuhi pasokan global. Selain untuk kendaraan listrik, produk Indonesia Battery bisa digunakan untuk energi di pulau kecil dan daerah wisata.
Senior Vice President Corporate Secretary Antam, Kunto Hendrapawoko, mengatakan perusahaan akan mengambil peran dalam penambangan serta pengolahan nikel sulfat. Saat ini, kata Kunto, Antam bersama MIND ID sedang menyusun studi kelayakan, termasuk menjajaki calon mitra strategis dari dalam negeri maupun luar negeri.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman, mengatakan holding tersebut akan menguatkan posisi perseroan sebagai penyedia energi. Selain masuk bagian holding baterai, Fajriyah mengatakan Pertamina ikut dalam joint venture di masing-masing proses bisnis, seperti pengembangan pabrik, pengemasan komponen sel baterai, hingga daur ulang.
Analis dari Mirae Asset Sekuritas, Hariyanto Wijaya, mengatakan rencana pemerintah untuk membangun holding Indonesia Battery sebagai produsen baterai kendaraan listrik memberikan sentimen positif pada pasar modal. Hal tersebut sempat membuat indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat 0,8 persen dalam penutupan perdagangan pada Selasa lalu. Penguatan indeks dipicu oleh saham sektor pertambangan, seiring dengan lonjakan harga saham nikel Antam dan PT Vale Indonesia Tbk.
LARISSA HUDA | VINDRY FLORENTIN
Pembentukan Holding Industri Baterai Masuk Tahap Akhir