JAKARTA – Para pengelola destinasi wisata bersiap menyambut pelancong pasca-penutupan seluruh tempat pariwisata akibat pandemi Covid-19. Pembukaan akan dilakukan secara bertahap dalam waktu dekat. Mereka pun menyiapkan rencana pemulihan jangka pendek di era normal baru alias new normal.
Direktur Industri dan Kelembagaan Pariwisata Badan Otorita Wisata Borobudur, Bisma Jatmika, mengatakan reaktivasi bisa digeber pada awal semester kedua tahun ini. “Dimulai dari turis lokal, terutama di sekitar Pulau Jawa yang perjalanannya overland melalui jalan tol. Bisa duluan pulih,” kata dia kepada Tempo.
Bisma menyebut kronologi pemulihan kegiatan masih harus mendapat izin dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta disinkronkan dengan regulasi pemerintah daerah. Sebelum pandemi, Otorita Borobudur sedang mengebut pengembangan berbagai fitur wisata di lahan seluas 309 hektare, yang meliputi Yogyakarta, Solo, dan Semarang. “Setelah pandemi, kami bisa mengaktifkan destinasi dengan kegiatan terpadu, seperti digital marketing serta pedampingan masyarakat lokal untuk kegiatan produktif,” kata dia.
Gubernur Bali I Wayan Koster optimistis Bali siap membuka pariwisata secara terbatas. Jasa pelancongan baru akan dibuka pada Agustus 2020, sebulan setelah pelonggaran kegiatan non-pendidikan dan non-wisata. “Khusus untuk pelancong domestik,” kata dia.
Khusus pelancong asing, ujar Wayan, akan dibuka mulai September 2020. Semua tahapan pembukaan akses pariwisata masih berupa proyeksi dan akan dievaluasi. Apalagi pemerintah mewaspadai risiko gelombang kedua Covid-19. "Jadi atau tidaknya, tergantung perkembangan situasi, termasuk transmisi lokal di Bali,” ucap Wayan.
Lalu lintas perjalanan menuju Bandara Internasional Ngurah Rai di Bali meningkat selama Juni ini. PT Angkasa Pura I (Persero) mencatat pergerakan total penumpang pada 1-15 Juni 2020 di bandara itu sudah menembus 8.116 orang.
Untuk memulihkan perekonomian sektor pariwisata, pemerintah mempromosikan paket wisata incity di daerah tingkat I dan II. Program itu menarik pelancong untuk berwisata di daerah sendiri tanpa keluar kota.
Deputi Bidang Pariwisata Ekonomi Kreatif Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Odo Manuhutu, mengatakan pembukaan wisata domestik baru diperluas dalam 1-3 bulan ke depan. “Itu pun jika kurva penyebaran Covid-19 menurun tajam,” kata dia.
Asisten Deputi Akses Permodalan Pariwisata Kementerian Kemaritiman, Suparman, mengatakan para pelaku usaha kecil menengah bidang wisata dan ekonomi kreatif akan memperoleh akses permodalan melalui dua program, yaitu bantuan insentif pemerintah dan program kemitraan dengan badan usaha milik negara.
Terdapat enam bidang usaha yang kini diprioritaskan menerima bantuan pinjaman, dari pengembang aplikasi game, kriya, fashion, kuliner, film, hingga sektor pariwisata akomodasi seperti homestay dan desa wisata. “Tahun ini pemerintah akan menyalurkan Rp 24 miliiar untuk enam sub-sektor,” ujar Suparman, kemarin.
Peserta penerima modal tersebut nantinya dipilih melalui seleksi. Setelah dipilih berdasarkan kondisi dan kriteria usaha, peserta berpotensi memperoleh pinjaman dengan nilai maksimal Rp 200 juta. "Pinjaman ini hanya mengenakan jasa administrasi 3 persen per tahun, dengan saldo menurun setiap tahun dan tenor pinjaman selama 3 tahun," tuturnya.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pulau Bintan di Kepulauan Riau, Wan Rudi, justru mengharapkan akses pelancong asing bisa segera dilonggarkan. Dalam kondisi normal, Bintan biasa menyambut kunjungan sekitar 2.000 wisatawan asing per hari atau 700 ribu orang per tahun, mayoritas dari Singapura dan Cina. Dia mengklaim sudah menerapkan protokol kesehatan ketat, salah satunya mengkarantina turis yang datang selama dua pekan.
“Kami punya Desa Lagoi, satu dari enam atau tujuh desa wisata,” kata Wan Rudi, kemarin. “Turis ditempatkan dulu di sana, belum boleh ke lokasi lain hingga selesai karantina.”
FRANSISCA CHRISTY ROSANA | YOHANES PASKALIS
Pengelola Wisata Bersiap Menyambut Pelancong