TRUK dan kendaraan niaga merupakan sarana terpenting dalam bisnis logistik. Data dari Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) menyebutkan lebih dari 6 juta truk beroperasi di Indonesia. Tapi, dari jumlah tersebut, tak semuanya mendapatkan order atau digunakan dengan optimal. Hanya pemilik truk tertentu yang bisa memperoleh order rutin. Sisanya kerap kesulitan karena armadanya mangkrak, tapi biaya rutin tetap harus dibayar.
Persoalan itu lantas menggugah Ady Bangun. Alumnus Institut Teknologi Bandung tersebut sering melihat pemilik truk perorangan kekurangan order dan terbelit masalah. “Yang mendapatkan order dari sektor logistik hanya itu-itu, perusahaan besar,” kata dia kepada Tempo, kemarin.
Pada 2015, Ady dan beberapa rekannya sepakat membuat platform digital khusus untuk pengoperasian truk bernama Trukita. Selain membantu pengusaha kecil, Ady ingin membuka pasar yang lebih kompetitif.
Melalui Trukita, pengirim barang (shipper) dan penyedia angkutan (transporter) bisa bertransaksi. Shipper bisa mencari transporter dengan armada yang sesuai, berikut rute, tarif, dan kapasitas angkut yang dibutuhkan. Para transporter pun tertolong karena bisa mendapatkan order.
Trukita juga menyediakan perangkat lunak manajemen bisnis. Melalui fitur tersebut, pengguna bisa mencatat, mengatur, hingga melacak stok dan pengiriman barangnya secara real time. “Kami ingin menyediakan semua solusi untuk angkutan logistik,” ujar Ady.
Trukita kini melayani banyak perusahaan, dari produsen barang konsumsi hingga pabrik kendaraan. Saat ini sedikitnya ada 60 pengguna platform Trukita, di antaranya Samudera Indonesia, APL Logistics, dan Auto Logistik. Platform Trukita menyediakan 11 ribu truk, dari truk ringan hingga truk berat pengangkut peti kemas. “Kami menawarkan tarif jasa yang kompetitif,” Ady menuturkan.
Selain sistem operasi yang canggih, Ady mengatakan ada pembenahan proses transaksi yang bisa difasilitasi oleh Trukita. Selama ini, kata dia, pembayaran ongkos logistik butuh waktu lebih dari 30 hari. “Kami salurkan pembayaran dengan cepat karena masalah para pemilik skala kecil adalah tidak punya modal kuat dan bergantung pada kelancaran arus kas,” ucap Ady.
Melihat kemajuan Trukita hingga saat ini, Ady pun berniat berekspansi. Trukita bakal memperluas layanan dari Jawa Barat, Banten, Jakarta dan sekitarnya, hingga Jawa Timur. Pembaruan sistem dan promosi juga masuk dalam agenda bisnis Trukita.
Menurut Ady, bermitra dengan sesama entitas digital juga penting dilakukan. Baru-baru ini Trukita menjalin kerja sama akses pendanaan dengan Gandeng Tangan. Menurut dia, akses pendanaan juga diperlukan oleh mitra shipper Trukita untuk mengembangkan bisnisnya.
Kepala Eksekutif Gandeng Tangan, Jezzie Setiawan, mengatakan perusahaan logistik skala kecil menambah pangsa pasar yang mereka tangani. “Selama ini orang mendengar usaha kecil hanya pedagang atau industri rumahan,” kata dia. Jezzie mengatakan kerja sama ini bisa diperluas, terlebih logistik merupakan salah satu sektor usaha yang memiliki potensi dan daya tahan yang besar. “Pada masa pandemi Covid-19, pinjaman dari sektor logistik yang paling sedikit terkena dampak buruknya,” kata Jezzie.
ANDI IBNU
Nama entitas: PT Trukita Inovasi Mandiri
Berdiri sejak 2015/Beroperasi 2018
Pendiri: Ady Bangun (Kepala Eksekutif), Panji Tri Atmojo (Kepala Teknologi), Ikhsan Amiarsa (Kepala Operasional)
Pendanaan: Akselerasi Plug and Play Indonesia (2018)
Alamat: Just Co-AIA Central Lantai 31, Jalan Jenderal Sudirman Nomor 48A, Jakarta Selatan
Situs: Trukita.com