JAKARTA - Bisnis jasa pengiriman dan logistik melonjak tajam di tengah pandemi wabah virus corona atau Covid-19. Lonjakan ini semakin kentara setelah pemerintah secara resmi mengimbau masyarakat untuk beraktivitas dari rumah.
Ketua Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldy Ilham Masita mengatakan bisnis jasa pengiriman dan logistik melonjak drastis sejak sepekan lalu. Lonjakan signifikan terjadi pada pengiriman bahan makanan, alat kesehatan, dan bahan kimia untuk pembuatan cairan pembersih.
"Kenaikan logistik untuk bahan makanan dan alat kesehatan bisa naik sampai lebih dari 100 persen. Kalau dilihat trennya, naik terus setiap hari," ujar Zaldy kepada Tempo, kemarin.
Zaldy mengatakan kenaikan tersebut dipicu pergerakan masyarakat yang terbatas setelah kebijakan bekerja di rumah. Meski nantinya akan ada kebijakan lockdown atau karantina, permintaan jasa pengiriman tak akan terganggu. Pengusaha memastikan aktivitas logistik tidak berhenti. Apalagi, melihat pengalaman di Wuhan, Cina, pengiriman bahan makanan sehat naik tajam untuk meningkatkan kesehatan mereka.
"Sehingga jalur logistik yang aman atau bebas virus harus bisa tersedia dari petani sampai ke kota-kota," kata Zaldy. Menurut dia, distribusi barang yang aman akan menjadi kunci penting untuk membuat lockdown berhasil dan masyarakat tidak panik.
Perusahaan logistik juga memberlakukan antisipasi penularan virus corona. Menurut Zaldy, pengusaha sedang mempersiapkan perubahan sistem operasional, terutama di dalam gudang, agar tidak berkerumun di satu lokasi yang sama. Sebab, ada beberapa kinerja industri yang naik atau turun selama wabah Covid-19. Perusahaan logistik akan mengalihkan kegiatan operasional untuk memaksimalkan layanan industri yang sedang meningkat. "Sehingga kapasitas logistik untuk melakukan distribusi tidak berkurang."
Chief Executive Officer J&T Express Robin Lo mengatakan terjadi kenaikan pengiriman selama periode bekerja di rumah diberlakukan. Menurut dia, perusahaan sudah menyiapkan kapasitas yang memadai untuk menjangkau kenaikan permintaan hingga 200 persen.
"Saat ini banyak yang menghindari aktivitas di luar rumah, banyak yang memilih untuk belanja online. Permintaan pengiriman beragam kebutuhan rumah tangga mengalami kenaikan," kata Robin.
General Manager Sales SiCepat Express Imam Sedayu mengatakan, secara umum, transaksi pengiriman barang masih bisa diantisipasi meski ada kenaikan 20 persen. Pengiriman barang didominasi komoditas tertentu seperti alat kesehatan, farmasi, kebersihan, hingga kebutuhan pokok. Secara kapasitas, SiCepat melayani pengiriman sekitar 500 ribu paket per hari. Perusahaan, kata Imam, juga mengantisipasi lonjakan hingga 20 persen pada bulan ini.
Menurut Imam, perusahaan semula mempersiapkan antisipasi lonjakan ini untuk lonjakan menjelang Ramadan pada April nanti. "Namun mengalami percepatan penambahan kapasitas karena isu corona. Apalagi jasa logistik itu tulang punggung e-commerce untuk proses pengiriman," kata dia.
Senior Sales Manager Tiki, Ahmad Kurtubi, memperkirakan, apabila kebijakan bekerja di rumah diterapkan semua perusahaan, akan mendorong kenaikan pengiriman barang 2-5 persen. Tiki sudah mempersiapkan tenaga kerja dan armada cadangan untuk mengantisipasi lonjakan pengiriman barang.
"Pembatasan akses interaksi antar-orang menyebabkan adanya sejumlah kegiatan, seperti pertukaran dokumen atau pengiriman barang, yang tidak dapat dilakukan secara langsung,"kata Kurtubi. Selain itu, transaksi alat kesehatan dan kebutuhan pokok menjadi semakin tinggi.
Untuk menjamin pengiriman barang tetap sampai tepat waktu, Kurtubi memastikan ketersediaan tenaga kerja cukup memadai. Sistem backbone yang diterapkan memungkinkan Tiki memetakan jumlah armada dan tenaga kerja di setiap gerai. Dengan begitu, kata Kurtubi, perusahaan bisa membuat alokasi yang tepat untuk pengiriman barang.
Vice President of Marketing PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Eri Palgunadi belum bisa menaksir kenaikan permintaan pengiriman akibat wabah Covid-19. Namun, jika merujuk pada kenaikan jumlah pengiriman, terjadi kemiripan seperti pada peak season, antara lain Ramadan, Idul Fitri, Natal, dan tahun baru, hingga Hari Belanja Online Nasional. "Kenaikannya sekitar rata-rata 20 hingga lebih dari 40 persen dibanding hari-hari normal," ujar Eri. LARISSA HUDA