JAKARTA - Pemerintah akan menggenjot penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) untuk sektor produksi. Sebab, realisasi penyaluran KUR tahun lalu belum mencapai target minimal 60 persen. Target penyaluran KUR sektor produksi tahun ini dipatok sama dengan tahun lalu.
"Kami tidak naikkan lagi porsi KUR produksi tahun ini karena susah menyalurkannya," ujar Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Perekonomian, Iskandar Simorangkir, di kantornya, kemarin. Tahun lalu, pemerintah mencatat porsi penyaluran KUR sektor produksi atau non-perdagangan hanya 51,52 persen.
Untuk mendorong penyaluran KUR sektor ini, Iskandar mengatakan, pemerintah telah menerapkan basis pembiayaan menggunakan KUR khusus dengan membuat kluster produksi lewat program one village one product (OVOP).
Pemerintah juga akan memberikan peringatan tertulis bagi bank yang tidak memenuhi ketentuan minimal penyaluran KUR sektor produksi sebesar 60 persen. Iskandar menambahkan, bank akan dikenai sanksi pengurangan plafon penyaluran KUR pada tahun berikutnya bila secara persisten tidak bisa menaikkan kredit usaha rakyat sektor produksi.
Sektor perdagangan masih menjadi favorit sektor perbankan dalam penyaluran KUR. Perputaran uang yang berlangsung setiap hari menyebabkan risiko likuiditas cenderung rendah. Adapun sektor perkebunan berisiko lebih besar karena butuh waktu lama untuk mendapatkan hasil panen.
Tahun ini, pemerintah menurunkan suku bunga KUR menjadi 6 persen dari yang sebelumnya 7 persen. Penurunan ini mengacu pada Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 8 Tahun 2019 tentang Pedoman Pelaksanaan KUR. Kebijakan tersebut diikuti peningkatan penyaluran KUR sebesar 36 persen dibanding tahun lalu, dari Rp 140 triliun menjadi Rp 190 triliun.
Secara bertahap, pemerintah meningkatkan plafon KUR lima tahun ke depan hingga mencapai Rp 325 triliun pada 2024. "Sekitar 60 persen produk domestik bruto kita disumbangkan oleh UMKM sehingga basisnya harus didorong," ujar Iskandar.
Asisten Deputi dan Pasar Modal Lembaga Keuangan Kementerian Koordinator Perekonomian, Gede Edy Prasetya, berharap KUR bisa meningkatkan produk unggulan. Salah satunya adalah membentuk ekosistem dan menjaga keberlanjutan produksi. Apabila ekosistem terbentuk, Gede yakin KUR khusus akan sangat mudah disalurkan kepada nasabah yang tergabung dalam kluster.
Senior Vice President Micro-Development and Agent Banking Bank Mandiri, Zedo Faly, mengatakan pihaknya akan mengoptimalkan penyaluran KUR tahun ini sebesar Rp 30 triliun untuk sektor produksi. Beberapa strategi yang dilakukan adalah bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan yang merupakan nasabah atau debitor di segmen wholesale Bank Mandiri, baik yang bergerak di sektor produksi, seperti pertanian, perikanan, maupun industri pengolahan.
"Mereka bertindak sebagai off-taker dan pemberi rekomendasi untuk penyaluran KUR kepada mitra-mitra maupun di sektor non-produksi," ujar Zedo kepada Tempo, kemarin.
Bank Mandiri juga akan masuk ke sektor-sektor yang selama ini belum tergarap secara optimal, misalnya sektor pariwisata. Lebih jauh, Bank Mandiri akan memperluas sektor produksi untuk komoditas tertentu di sektor pertanian yang mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan masa tanam, sementara pokok dan bunga dibayarkan saat panen.
Direktur Bisnis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dan Jaringan Bank Negara Indonesia (BNI), Tambok P. Setyawati, mengatakan tahun ini BNI mendapatkan alokasi penyaluran KUR sebesar Rp 22 triliun. Angka tersebut lebih besar dari alokasi tahun lalu, Rp 16 triliun, yang habis tersalurkan pada September tahun lalu. LARISSA HUDA
Pemerintah Genjot Kredit Usaha Rakyat Sektor Produksi