JAKARTA – PT Angkasa Pura I (persero) berencana memperluas lalu lintas kargo Bandara Hang Nadim di Kota Batam, Kepulauan Riau. Saat ini pengelolaan bandara tersebut sedang ditawarkan kepada kalangan swasta oleh Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam), melalui skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU).
Sekretaris Perusahaan PT Angkasa Pura I, Handy Heryudhitiawan, mengatakan bandara dengan landasan pacu terpanjang di Indonesia itu akan mendatangkan nilai tambah karena lokasinya yang strategis. "Alur pergerakannya bagus karena dekat dengan pasar potensial, seperti Singapura, bahkan Cina," ucap Handy kepada Tempo, kemarin.
Menurut dia, daya tawar PT Angkasa Pura I dalam KPBU Bandara Hang Nadim semakin kuat setelah bergabung dengan Incheon International Airport Corporation (IIAC) asal Korea dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Disepakati Senin malam lalu, Angkasa Pura I memimpin konsorsium tersebut dengan 51 persen porsi proyek. Adapun IIAC memiliki 30 persen dan Wika 19 persen.
Selain menjadi jalur strategis logistik udara, Handy mengatakan, Hang Nadim menyimpan potensi menjadi hub internasional untuk penumpang. Apalagi, kata dia, skema KPBU membuka peluang bagi pihak swasta untuk memberi masukan pada proyek.
"Ada beauty contest soal perencanaan di awal, tapi kami siap," ucap dia. "IIAC juga punya banyak koneksi dan pengalaman soal layanan penerbangan di level global."
Dalam rencana jangka panjang KPBU, bandara itu memang ditargetkan berkembang bertahap hingga bisa melayani 190 ribu ton metrik kargo pada 2045, belum termasuk proyeksi 30 juta penumpang per tahun dari 237 lalu lintas pesawat (air traffic movement/ATM). Merujuk pada statistik Kementerian Perhubungan hingga 2018, kapasitas bandara ini masih terbatas untuk 5,1 juta penumpang domestik dan 56 juta kilogram kargo.
Direktur Utama Angkasa Pura I, Faik Fahmi, mengatakan konsorsium akan menunggu pengumuman tahap lanjutan KPBU Bandara Hang Nadim pada Juli mendatang. Mereka bersaing dengan empat perkongsian lain, yaitu konsorsium bentukan PT Angkasa Pura II (persero), konsorsium India dan PT Waskita Karya (persero) Tbk, serta konsorsium Zurich.
"Kami harus siapkan strategi terbaik," ucap dia. Dia menambahkan, Angkasa Pura I juga menggandeng Incheon untuk memburu proyek pengelolaan bandara asing, seperti di Kuwait.
Direktur Promosi dan Humas BP Batam, Dendi Gustinandar, mengatakan proyek utama KPBU Hang Nadim mencakup rehabilitasi sejumlah infrastruktur yang telah ada, relokasi area kargo, serta pembangunan terminal penumpang kedua. "Jika diestimasi, kebutuhan investasinya sekitar Rp 6,5 triliun," tutur dia, kemarin.
Sekretaris Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos, dan Logistik Indonesia (Asperindo) Cabang Kota Batam, Arif Budiyanto, mengharapkan mekanisme pengelolaan lalu lintas kargo yang lebih profesional di kawasan Kepulauan Riau. "Sistem pergudangannya harus terintegrasi agar tidak menambah biaya logistik," kata dia. "Moda udara masih menjadi favorit jasa pengiriman barang di Batam."
Adapun Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia, Zaldy Ilham Masita, justru meragukan pengembangan Batam sebagai hub kargo. Sesuai dengan sistem logistik nasional (sislognas), dia menambahkan, lajur kargo udara semestiya berpusat di Bandara Kualanamu, Sumatera Utara, dan Bandara Hasanuddin, Sulawesi Selatan. "Jangan sampai membuat bingung. Pemerintah daerah bertindak sendiri akhirnya nanti malah sepi." FRANSISCA CHRISTY ROSANA | YOHANES PASKALIS
Angkasa Pura I Genjot Potensi Kargo Bandara Batam