JAKARTA – Badan Pusat Statistik menyatakan tingkat inflasi sepanjang November mengalami kenaikan 0,14 persen dari bulan sebelumnya. Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto mengatakan tren dua bulan terakhir menunjukkan kenaikan inflasi disebabkan oleh mulai naiknya harga barang yang memiliki andil besar terhadap indeks konsumsi masyarakat, yakni pangan. "Harga bawang merah, tomat sayur, dan daging ayam ras jadi penyebab utamanya," kata Suhariyanto di kantornya, kemarin.
Sepanjang November, kelompok bahan makanan menyumbang 0,07 persen terhadap inflasi November. Suhariyanto memprediksi angka inflasi akan semakin memburuk karena adanya perayaan hari Natal dan tahun baru.
Melansir data BPS, komoditas yang memiliki andil besar terhadap inflasi, antara lain, adalah daging ayam yang harganya naik di tingkat eceran mencapai 7,9 persen. Adapun harga bawang merah melonjak hingga 16,5 persen dan telur ayam yang harganya naik 1,5 persen.
Suhariyanto mengatakan angka inflasi hingga November ini masih sedikit tertolong oleh komponen transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Namun ia mewanti-wanti komponen transportasi, khususnya angkutan udara, bakal menjadi momok inflasi di akhir tahun. "Desember peak season transportasi," kata Suhariyanto. Menurut dia, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan tercatat memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,01 persen.
Meski begitu, BPS optimistis realisasi inflasi hingga akhir tahun memenuhi target pemerintah. Melansir Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2019, angka inflasi dipatok 2,5-4,5 persen dengan median 3,3 persen. Realisasi inflasi tahun berjalan hingga saat ini secara tahunan (yoy) mencapai 3 persen. Indeks inflasi tahun berjalan 2019 mencapai 2,37 persen.
Sebelumnya, akhir pekan lalu, Inspektur Jenderal Kementerian Perdagangan Srie Agustina mengatakan harga barang pokok memang cenderung naik. Sejalan dengan data BPS, harga daging ayam, telur ayam, hingga bawang merah relatif meninggi. "Ini yang harus diwaspadai, karena ada 15 dari 34 provinsi yang merayakan Natal dan tahun baru," kata dia.
Menurut Srie, harga sejumlah pangan, seperti daging ayam, sebenarnya tidak perlu naik di akhir tahun. Sebab, proses produksi daging ayam bersiklus lima sampai tujuh bulanan. "Kalau melihat trennya, konsumsinya sebenarnya tidak naik," ujar Srie.
Direktur Riset Centre of Reform on Economics Indonesia, Piter Abdullah, mengatakan masih bergejolaknya harga pangan mentah menandakan masih adanya karut-marut produksi pertanian di Indonesia. "Tahun ini lagi ada kemarau, ditambah luas area panen berkurang," kata dia.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti tak menampik penilaian bahwa di pengujung tahun laju inflasi akan makin buruk karena sektor transportasi. Tapi, menurut dia, laju kenaikan permintaan tiket pesawat berpeluang tertekan karena tren perekonomian sedang melambat di akhir tahun. DIAS PRASONGKO | GANGSAR PARIKESIT | ANDI IBNU
Harga Pangan Picu Kenaikan Inflasi