Perubahan pola konsumsi masyarakat yang menuntut kecepatan pengiriman menjadi tantangan para pelaku usaha di sektor logistik. Apalagi hampir setiap bulan platform e-commerce memberikan berbagai promo untuk menggenjot transaksi. Walhasil, pergerakan pola tersebut menciptakan ceruk pasar baru yang cukup menggugah untuk memberikan pelayanan logistik yang mutakhir juga.
Peluang tersebut juga ditangkap oleh Zaldy Ilham Masita. Veteran logistik yang sudah berkecimpung puluhan tahun di bisnis urusan antar-mengantar barang ini sadar betul potensi transaksi ratusan triliun yang diciptakan e-commerce sayang untuk dilewatkan. "Tapi ini tak bisa difasilitasi oleh model perusahaan logistik konvensional," kata Zaldy di bilangan Jakarta Timur, Selasa pekan lalu.
Model bisnis logistik konvensional yang sudah berumur setengah abad tak bisa memberikan layanan antar cepat lantaran memerlukan proses panjang, seperti datang ke agen, proses administrasi tatap muka, penimbangan, dan pemilahan sebelum pengiriman.
Inovasi layanan on demand yang ditawarkan perusahaan ride hailing sebenarnya berongkos lebih mahal karena sepeda motor berkapasitas kecil, plus tarif yang dipatok per kilometer. Karena itulah Zaldy mencoba mencari solusi dari kedua masalah tersebut dengan mendirikan start-up logistik bernama Paxel. Perusahaan ini mencoba membuka tren layanan logistik layanan satu hari antarkota sebagai bisnis utama.
Perusahaan yang didirikan Januari lalu itu menjanjikan pengantaran kilat. Harganya pun flat hanya berbasis kaveling wilayah yang terbagi dari Jakarta dan sekitarnya, Bandung, Yogya, Solo, dan Semarang dengan ongkos mulai dari Rp 18 ribu sekali kirim. Bahkan, Paxel memberikan garansi uang kembali jika barang mengalami keterlambatan. "Kalau dibilang mahal, coba saja bandingkan dengan ride hailing atau logistik yang punya layanan serupa," ujar Zaldy.
Dalam mengantar barang, Paxel tetap menggunakan mitra kurir layaknya perusahaan ride hailing. Bedanya, mitra sopir hanya diberi ruang operasi sebatas satu kode pos wilayah saja. Barang yang dikirim akan diestafet antarkurir. Perpindahan barang menggunakan sistem smart locker-lebih dari 80 loker dan gudang kecil yang digunakan sebagai tempat transit barang. "Produktivitas kurir tetap tinggi, tapi tak terlalu capek. Kenaikan ongkos operasi juga lebih terkendali kalau orderan lagi ramai," ujar dia.
Paxel bisa diakses melalui aplikasi telepon seluler. Meski diberikan jaminan uang kembali, pengguna juga diberikan pilihan pengunduran pengantaran barang maksimal tujuh hari jika sedang tak ada di tempat. Yang pasti, semua proses pengiriman hingga tiba di tempat bisa terpantau di aplikasi.
Setelah mengisi formulir administrasi dan membayar secara daring, bakal ada mitra kurir terdedikasi yang datang ke rumah untuk mengambil barang dan menaruhnya di feeder Paxel terdekat. Berikutnya, akan ada mitra dedicated lainnya yang akan mengirim paket sampai ke tempat tujuan. Tempo pun menjajal mengirim barang ke Semarang. Barang diambil pukul 08.00 pagi dan tiba di tujuan pukul 21.00 dengan tarif Rp 35 ribu.
Zaldy enggan membeberkan ramuan untuk kecepatan tersebut. Padahal, untuk pengiriman kargo pesawat, minimal barang kiriman bisa nongkrong hingga enam jam di bandara dengan berbagai proses. Setahun berjalan, orderan Paxel tembus 4.000 sehari. Pertumbuhan bulanan pun stabil di atas 30 persen dengan mitra kurir lebih dari 200 orang. Meski begitu, dia tak menampik keberhasilan pengiriman satu hari tak bisa absolut 100 persen karena banyaknya faktor, seperti infrastruktur antardaerah, kemacetan, jadwal pesawat, kecelakaan, dan faktor x lainnya.
Dia pun optimistis Paxel bakal makin berkembang ke depannya. Tren belanja masyarakat sudah meluas dari yang berupa barang hobi ke produk-produk keperluan sehari-hari. "Tapi, uniknya, pelanggan kami justru 80 persen dari retail, bukan platform e-commerce," ujar Zaldy. Menurut dia, sektor logistik masih banyak peluang dan tak memiliki standar ajek layaknya sektor keuangan.
Industri e-commerce hingga saat ini masih mencari ramuan agar pengiriman barang bisa cepat. Tak hanya mencari rekan, tak sedikit e-commerce yang justru menciptakan unit logistiknya sendiri seperti JD.ID. Entitas layanan asal Cina tersebut bahkan membuat fasilitas gudang dengan 35 drop point/locker. "Selama Harbolnas kemarin kami bahkan operasikan 24 jam penuh, tapi tetap saja mendapat keluhan," ujar Teddy Arifianto, Head of Corporate Communications and Public Affairs JD.ID. ANDI IBNU
Nama: Paxel
Sektor : Logistik
Berdiri : Januari 2018
Co-founder : Bryant Christanto (Kepala Eksekutif), Zaldy Masita, Johari Zein
Pendanaan : Bootstraping
Perizinan : Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Perhubungan
Alamat : Jalan Raya Jatinegara Timur Nomor 101, Jatinegara, Jakarta Timur
Situs : Paxel.co