HADID Fathul Alam dengan luwes mencabuti rumput liar di taman seluas 100 meter persegi di sebuah rumah di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Pria 24 tahun itu juga memotong batang serta menaburkan pupuk dan obat antihama pada berbagai tanaman yang memadati taman tersebut. "Minimal sebulan sekali kami ke sini. Perawatan rutin," kata dia kepada Tempo, Rabu lalu.
Hadid bukan tukang kebun biasa. Dia adalah pendiri Oke Garden, perusahaan rintisan (start-up) yang menyediakan layanan perawatan taman. Layaknya perusahaan masa kini, Oke Garden menyediakan layanan secara digital. Pengguna jasa cukup memesan jenis layanan lewat situs Oke Garden. Klik konsep taman yang dikehendaki dengan harga tertentu, tim Oke Garden pun siap menyambangi lokasi dan menggarapnya sesuai dengan yang ditawarkan.
Dian-pemilik rumah di kawasan Lebak Bulus itu-adalah salah satu pelanggan Oke Garden sejak September tahun lalu. Menurut dia, layanan yang ditawarkan Hadid dan timnya cukup oke. Selain perawatan tamannya oke, sesuai dengan yang dia harapkan, "Harganya juga okelah," ujar dia. Ibu dua anak itu mengaku bisa mengawasi tim Oke Garden dari kantor lantaran Hadid mengirimkan foto setiap tahap pekerjaannya.
Selain rumah milik Dian, Hadid mengatakan saat ini sudah ada 300 pelanggan tetap Oke Garden. Selain taman rumah, dia siap mengurus aneka jenis lahan dengan sistem terpadu alias one-stop service. "Lahan kosong bisa kami urus sampai jadi taman," ujar dia.
Hadid mendirikan Oke Garden pada Mei 2013. Pada fase awal, pria yang pernah menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini cuma berjualan rumput hias. Dia mengatakan pangsa pasar rumput hias cukup besar, tapi beban operasionalnya tinggi. Sebagai gambaran, Hadid mesti mengangkut rumput dari Bogor atau Depok ke Jakarta dengan harga jual dan margin yang tak terlalu besar.
Hadid pun sempat membeli sebuah mobil pikap untuk menunjang operasi Oke Garden. Namun laba yang tipis membuat usaha itu berjalan lambat. "Tetap berat di ongkos," katanya. Setahun setelah merintis bisnis jual rumput dan tanaman hias, Hadid pun hampir putus asa setelah salah satu perusahaan penyedia angkutan online meluncurkan layanan antar barang dengan harga yang lebih murah.
Di tengah rasa frustrasi, Hadid berbincang dengan Fadli Nur Majid, rekan bermain futsal. Fadli-alumnus jurusan arsitek lanskap Institut Pertanian Bogor-lantas memberi nasihat dan beberapa buku tentang taman. Fadli pun memberikan keyakinan kepada Hadid untuk beralih ke bisnis jasa pembuatan taman dengan strategi baru, seperti layanan via platform digital. "Di Jakarta saja, ada 2,5 juta rumah, dan 90 persen memiliki taman," ujar dia.
Gaya hidup urban yang amat sibuk dan jarang berada di rumah menjadi peluang bagi Oke Garden. Secara bertahap, Hadid pun merancang website untuk menawarkan jasa secara lengkap. Ternyata, sistem digital membuka peluang besar bagi Oke Garden. Satu per satu Hadid mendapat klien lewat situs online tersebut. Mereka rata-rata mengaku senang dengan cara ini lantaran praktis.
Meski sudah unggul dari sisi akses konsumen dibanding penyedia jasa perawatan taman konvensional, Hadid merasa Oke Garden belum cukup baik. Dia pun belajar aneka teknik pembuatan taman, pencahayaan, sirkulasi air untuk kolam, hingga memilih tanaman hias untuk rumah tertentu. Semua pengetahuan, desain, dan fitur pembuatan taman yang sudah dipelajari lantas dia tuangkan di situs Oke Garden, dengan harapan bisa menggaet konsumen lebih banyak lagi.
Kini, situs Oke Garden memiliki 35 desain taman sebagai referensi. Harga setiap desain, fitur, dan ukuran taman berbeda-beda, dari ukuran 2 x 1,3 meter dan harga dari Rp 1,6 juta. Dia mencontohkan, taman seluas 100 meter persegi bisa kena tarif Rp 20 juta. "Harga masih bisa dikurangi," kata dia berpromosi.
Hadid pun mengklaim memiliki sumber pemasok tanaman yang murah meriah, seperti petani di kawasan Depok dan Bogor. Dengan cara itu, Oke Garden bisa banting harga, lebih kompetitif dibanding penyedia jasa serupa. Hadid mencontohkan rumput gajah, yang biasa dibanderol Rp 50 ribu per meter persegi. Padahal, kata dia, petani bisa memberi harga Rp 15 ribu per meter persegi. "Di sini celah bagi kami untuk berkompetisi."
Sejauh ini, Oke Garden sudah memiliki omzet Rp 200 juta per bulan. Hadid juga kerap mempekerjakan pekerja lepas harian, yang menurut dia lebih efisien. "Hitung-hitung membantu mereka yang susah mendapat pekerjaan," kata dia. Kini, sudah lebih dari 50 petani dan tukang kebun lepas yang menjadi mitra Oke Garden.
Sambil menunggu lirikan investor, Oke Garden yang beranggotakan 26 orang bakal memperbaiki tampilan situsnya. Hadid mengatakan akan menambah layanan chatting dan metode pembayaran yang lebih canggih. "Promosi juga masih minim, sampai-sampai untuk beberapa proyek kami titip ke situs marketplace lain," kata Hadid. ANDI IBNU