JAKARTA -- Biaya investasi proyek kereta api Manggarai, Jakarta Pusat, menuju Bandar Udara Soekarno-Hatta, Banten, naik menjadi Rp 3,8 triliun dari estimasi awal Rp 2,2 triliun karena adanya penyesuaian biaya pembangunan.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Departemen Perhubungan Wendy Aritonang mengatakan investasi Rp 3,8 triliun itu dihitung dengan menggunakan asumsi existing track. Sebelumnya, nilai proyek ini masih dihitung secara parsial.
Tapi biaya investasi akan lebih besar lagi jika rencana pembangunan kereta api ke bandara menggunakan jalur sendiri. "Untuk full dedicated (jalur sendiri) investasinya bisa mencapai Rp 4,5 triliun," kata Wendy di Jakarta kemarin.
Naiknya biaya investasi itu juga karena sebagian jalur akan dibangun di atas permukaan tanah atau elevated track. "Jalur ini berada di Angke untuk menghindari banjir dari rawa," ujar Wendy. Adapun pembangunan tetap akan dilaksanakan Maret 2008 dan selesai pertengahan 2009.
Kereta ini berangkat dari Stasiun Manggarai menuju City Air Terminal Dukuh Atas, Stasiun Tanah Abang, Stasiun Angke, dan berakhir di Stasiun Bandara Soekarno-Hatta. "Untuk Dukuh Atas itu akan terintegrasi dengan jalur busway," ujar Wendy.
Biaya investasi itu akan dipenuhi PT Kereta Api sebesar 70 persen dari pinjaman bank. Sisanya 15 persen ekuitas konsorsium yang terdiri atas PT Railink, PT Jasa Marga Tbk., dan PT Wijaya Karya. Adapun 15 persen lagi dari mezzanine financing atau pinjaman perbankan dalam bentuk penyertaan modal.
Kereta yang rencananya beroperasi pada 2009 ini ditargetkan mampu mengangkut 9 juta penumpang per tahun atau 30 persen jumlah penumpang pesawat di Bandara Soekarno-Hatta. Proyek ini adalah milik PT Railink, yaitu perusahaan patungan PT Kereta Api dan PT Angkasa Pura II.
Anggota Komisi Infrastruktur Dewan Perwakilan Rakyat, Abdullah Azwar Anas, menilai biaya investasi itu terlalu besar. Padahal manfaat proyek ini hanya dirasakan oleh orang-orang yang berkepentingan dengan bandara. Sementara itu, di sisi lain masyarakat Indonesia membutuhkan transportasi massal.GABRIEL WAHYU TITIYOGA