DI kampungku, tiap hari pekan, berbagai macam orang akan ke luar menuju pasar yang terletak di seberang jembatan. Maklum, pasar diramaikan hanya tiap hari Minggu. Sepanjang hari libur itu, biasanya aku dan kawan-kawan akan nongkrong di pos ronda sekedar mengamati orang yang lewat. Kami jadi hapal wajah-wajah orang yang rajin ke pasar: yang suka berangkat pagi atau siang, yang kembali cepat atau pulang petang. Lebih dari itu, kami menandai orang tertentu yang hanya akan lewat pada semata hari Minggu. Pak Mirus si pengumpul telur dengan matanya yang liar, kabarnya ia penyuka anak perawan; Etek Inu pedagang petai bersepeda jantan, yang petai-petainya ia gantung di setang dan batangan sepedanya itu (selain, tentu, ada yang dalam karung juga), sehingga sepeda itu tampak seperti kendaraan karnaval; Uni Ijai penjual cabe bertengkuluk besar; hingga Side penjual jam dengan mobil pick-up mini-nya yang kami sebut sebesar kotak korek api dan berderak-derak juga seperti anak korek api.
DI kampungku, tiap hari pekan, berbagai macam orang akan ke luar menuju pasar yang terletak di seberang jembatan. Maklum, pasar diramaikan hanya tiap hari Minggu. Sepanjang hari libur itu, biasanya aku dan kawan-kawan akan nongkrong di pos ronda sekedar mengamati orang yang lewat. Kami jadi hapal wajah-wajah orang yang rajin ke pasar: yang suka berangkat pagi atau siang, yang kembali cepat atau pulang petang. Lebih dari itu,
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.