Namun
-B.B.G.
I.
Namun dia masih saja menunggu.
Fajar demi fajar
kelam buyar, angkasa menggariskan pendar, udara menghamparkan terang.
Senja ke senja
cakrawala memudar, menghijau, mengelabu.
Malam berganti malam
langit membiru, menghitam, membeku.
Hari terhapus hari
matari melaju, melaju, berlalu.
Dan kembali, yang dia lihat adalah hamparan tanah,
rumah-rumah, jalanan, jembatan yang menua
semakin tua.
Wajah-wajah, kata-kata, tawa, tangis, tatap mata yang tetap di sana,
sama, seperti kehilangan pesona.
-B.B.G.
I.
Namun dia masih saja menunggu.
Fajar demi fajar
kelam buyar, angkasa menggariskan pendar, udara menghamparkan terang.
Senja ke senja
cakrawala memudar, menghijau, mengelabu.
Malam berganti malam
langit membiru, menghitam, membeku.
Hari terhapus hari
matari melaju, melaju, berlalu.
Dan kembali, yang dia lihat adalah hamparan tanah,
rumah-rumah, jalanan, jembatan yang menua
semakin tua.
Wajah-wajah, kata-kata, tawa, tangis, tata...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini