maaf email atau password anda salah

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Google

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini

Satu Akun, Untuk Semua Akses


Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Masukan alamat email Anda, untuk mereset password

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Ubah No. Telepon

Ubah Kata Sandi

Topik Favorit

Hapus Berita

Apakah Anda yakin akan menghapus berita?

Ubah Data Diri

Jenis Kelamin


Wajah Sedihku

Heinrich Böll

SAAT mengamati burung camar di dermaga, wajah sedihku mencuri perhatian seorang polisi. Aku terpesona oleh camar yang melayang, membidik dan menukik ke dalam air mencari makan. Dermaga begitu sepi. Air laut hijau pekat karena minyak dan sampah-sampah mengambang di permukaannya. Tak satu pun kapal berlabuh. Derek-derek berkarat, gudang-gudang tinggal kerangkanya, bahkan tikus pun enggan hidup di antara puing hitamnya. Suasana sangat sunyi. Bertahun-tahun lamanya hubunganku dengan dunia luar terputus.

Kuperhatikan seekor camar yang sedang melayang, berayun-ayun di atas air. Kelihatannya gugup seperti melihat badai. Sesekali ia bersuara seraya menyatukan diri dengan burung lainnya. Seandainya mungkin, aku ingin memberinya remah roti dan menghapuskan bintik putih di sayapnya yang tidak berguna dan melatih mereka. Burung-burung itu kuberi umpan roti dan akan kujerat dengan gulungan benang. Tetapi seperti juga mereka, aku pun lapar. Meskipun lelah dan sedih, aku bergembira karena tempat ini menyenangkan sekali. Dengan tangan di dalam kantong, kupandang camar sambil merayakan kesedihan.

arsip tempo : 171163279142.

. tempo : 171163279142.

Heinrich Böll

SAAT mengamati burung camar di dermaga, wajah sedihku mencuri perhatian seorang polisi. Aku terpesona oleh camar yang melayang, membidik dan menukik ke dalam air mencari makan. Dermaga begitu sepi. Air laut hijau pekat karena minyak dan sampah-sampah mengambang di permukaannya. Tak satu pun kapal berlabuh. Derek-derek berkarat, gudang-gudang tinggal kerangkanya, bahkan tikus pun enggan hidup di antara puing hitamnya. Suasana sanga

...

Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.

Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini

PILIHAN TERBAIK

Rp 54.945/Bulan

Aktif langsung 12 bulan, Rp 659.340

  • *Anda hemat -Rp 102.000
  • *Dijamin update hingga 52 edisi Majalah Tempo

Rp 64.380/Bulan

Aktif setiap bulan, batalkan kapan saja

  • *GRATIS untuk bulan pertama jika menggunakan Kartu Kredit

Lihat Paket Lainnya

Berita Lainnya

Konten Eksklusif Lainnya

  • 28 Maret 2024

  • 27 Maret 2024

  • 26 Maret 2024

  • 25 Maret 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan