Mashuri
Pejantan Matahari
karena namamu, aku pergi ke bantaran kabut
serupa cahya tanpa mata, aku diam dalam kata;
di sajak, kuhantarkan jejak meski lantak
luka disamarkan balutan rima,
meski wajah ditembus sinar dengan bias berlaksa
namamu serupa pisau di ingatanku
menyeretku ke galau batu-batu
hingga riwayatku tumbuh di debu
sekarat terjerat muasal, dipenggal tumbal
hayat
esok, bila ada yang berkokok, sebut ia pejantan
matahari
ia yang didahului fajar, geletarkan birahi
tepati...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini