Homepage
  • login/register
  • Home
  • Berita Utama
  • Editorial
  • Nasional
  • Ekonomi
  • Metro
  • Internasional
  • Olahraga
  • Sains
  • Seni
  • Gaya Hidup
  • Info Tempo

koran tempo

21
September
2019
Dukung Independensi Tempo
  • Home
  • Berita Utama
  • Nasional
  • Ekonomi
  • Metro
  • Sains
  • Editorial
  • Opini
  • Info Tempo
  • Cari Angin
SebelumnyaBuku 1/1 Selanjutnya
Buku

Paradoks Kuantifikasi Kebahagiaan

Pantzar menemukan sisu, semacam kepercayaan yang diimani, dilaksanakan, dan membangkitkan semangat positif yang berimbas pada kebahagiaan di Finlandia.

Edisi, 21 September 2019
Profile
Tempo
Paradoks Kuantifikasi Kebahagiaan

Khoimatun Nikmah
Mahasiswa Universitas Semarang

Selain keadilan, kebahagiaan adalah hal imateriil yang takkan selesai diburu manusia. Beragam seminar, aneka jurus jitu merumuskan kebahagiaan, dan banyak judul buku juga telah membahasnya, dan terutama yang digemari manusia pemuja angka adalah pemeringkatan kebahagiaan tiap negara di seluruh dunia. Seolah-olah hal abstrak tersebut dapat dikuantifikasi dengan angka dan memberi dampak langsung kepada negara yang kebetulan tak berada di peringkat atas.

Salah satu negara yang menduduki peringkat atas sebagai negara paling bahagia adalah Finlandia. Bila dipikir, tentulah lebih nyaman tinggal di kawasan yang lebih hangat dan tropis daripada di negara dingin seperti Finlandia. Musim dingin di Finlandia panjang, musim ketika suhu jatuh dan hari-hari gelap, diiringi nuansa sedih yang sepertinya dimiliki tempat-tempat di utara-suasana murung yang sering kali digambarkan dalam karya sastra dan televisi bergenre noir mengenai kawasan Nordik. (hlm.19)

Bagaimana mungkin negara dengan kondisi alam sedemikian ekstrem itu mampu menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan penduduk paling bahagia? Apakah alam yang menyusahkan justru membuat orang-orang Finlandia tertantang dan gigih dalam kehidupan?

W251bGwsIjIwMjEtMDQtMTEgMDU6NTU6MjAiXQ

Katja Pantzar, penulis sekaligus jurnalis, tertantang mencari alasan di balik kebahagiaan orang-orang Finlandia. Pertama kali pindah dari Vancouver ke Helsinki, Pantzar merasa bahwa keseharian orang-orang Finlandia ini sungguh aneh. Lebih menyukai bersepeda atau jalan kaki dalam aktivitas keseharian. Lebih suka makan sayur dan menghindari fast food, makan bersama di kantin kantor, dan memiliki taman-taman yang bisa ditanami sayur dan buah. Sangat berbeda dengan Vancouver ataupun London, dua kota lain yang pernah ia tinggali.

Dalam kekaguman itulah, Pantzar menemukan sebuah terma yang hanya ada di Finlandia, sisu. Semacam kepercayaan yang diimani, dilaksanakan, dan kemudian membangkitkan semangat positif dan berimbas pada kebahagiaan.

Sisu menjadi bagian dari slogan tak resmi Finlandia: sisu, sauna, dan Sibelius. Sauna, sebab kita akan dengan mudah menemukan sauna di semua penjuru Finlandia. Ditaksir ada sekitar 3,3 juta sauna untuk 5,5 juta penduduk Finlandia. Sibelius yang dimaksud adalah Jean Sibelius (1865–1957), seorang komponis paling terkenal dari Finlandia. Salah satu kegigihan Sibelius ialah pernah menggubah sebuah lagu perlawanan yang sempat dilarang oleh pemerintahan Rusia hingga 1917. Dan sisu adalah sebuah kata ajaib yang ditemukan Pantzar setelah berinteraksi dan mengamati langsung kebiasaan orang Finlandia.

Sisu terlalu abstrak untuk sekadar dijabarkan dengan satu atau dua kalimat. Pantzar semula mengartikan sisu sebagai cara pandang hidup yang tangguh, orang-orang aktif yang berkegiatan di segala cuaca, dan bersemangat mengandalkan tangan sendiri alias do-it-yourself (DIY).

Aktif bergerak menjadi salah satu dasar keseimbangan sisu yang menjadi resep bahagia orang Finlandia. Bersepeda atau jalan kaki untuk berkegiatan sehari-hari, berenang, memancing di alam, berkemah, dan berenang di laut Nordik saat musim dingin. Kegiatan alam ini diyakini memberi keseimbangan bagi manusia Finlandia.

"Bagi saya, berada di luar ruang sangat penting bagi kesehatan jiwa dan fisik. Sepanjang saya tetap aktif secara fisik, entah dengan main ski di musim dingin, berenang, ikut kelas olahraga, atau bersepeda ke mana-mana, saya merasa jauh lebih baik, lebih sehat, dan lebih kuat." (hlm. 23)

Sisu juga diartikan sebagai urusan perut. Maka, dalam buku ini juga dibedah bagaimana orang-orang Finlandia menempatkan makanan. Orang Finlandia meyakini alam menyajikan makanan dan itu jauh lebih seimbang dari hasil olahan maupun kemasan. Tak aneh bila di Finlandia, kita akan dapat menemukan petak kebun milik pribadi yang ditanami sayur dan buah. Dalam catatan Pantzar, petak-petak kebun pertama di Finlandia mulai muncul pada awal 1900-an, sebuah tradisi kuno yang dirawat hingga ini.

Ernest Hemingway pernah dengan tegas mengatakan bahwa kebahagiaan itu tidak mendatangi kita, melainkan kita yang harus mendatanginya (baca: menciptakannya). Buku ini mengupas bagaimana orang-orang Finlandia berkerabat dengan alam, menciptakan kebahagiaan dalam skala mereka. Alam adalah sakaguru dunia, dan manusia elemen kecil dari ekosistem itu seharusnya menyatu dengan alam.

Alam yang keras juga mengajari orang-orang Finlandia untuk tidak berhenti dan menyerah. Rintangan dan kondisi alam yang buruk justru membuat mereka terus berusaha melampaui limit maksimal manusia normal. Mana ada orang berenang di malam hari, ketika lautan sedang beku musim dingin? Hanya ada di Finlandia. Dan kebiasaan ini membuat kegigihan melejit dan hidup semakin bergairah, yang berujung pada rasa bahagia dalam diri manusia.

Haruki Murakami pernah menyindir dalam The Wind-up Bird Chronicle, kalau umur manusia tidak terbatas, masihkah kita peduli pada kehidupan dan susah payah mencari kebahagiaan? Benar, karena usia manusia definit, prinsip sisu dan prinsip hidup dari beragam belahan dunia menjadi penting dikemukakan ke publik.

Namun, mentah-mentah menerapkan cara Pantzar ibarat mengukur sepatu kita dengan kaki orang lain. Sisu bisa dipastikan tak akan sesuai dengan negara kita. Boro-boro berenang di sungai atau bersepeda saat berangkat ke kantor, petak pedestrian saja kerap tergusur oleh pedagang kaki lima.

Kebahagiaan adalah hal universal namun bereksponen individual. Tiap orang punya cara dan elemen yang membuat bahagia. Pantzar dengan arif menutup buku ini dengan "menemukan sisu-mu". Setiap orang selepas membaca ini harus menentukan cara bahagia masing-masing. Mungkin cara Pantzar dan orang-orang Finlandia akan sesuai atau bahkan sama sekali bertolak belakang. Kuncinya adalah tak pernah berhenti menemukan hal yang membuat setiap pribadi kita bahagia.


Paradoks Kuantifikasi Kebahagiaan



SebelumnyaBuku 1/1 Selanjutnya

Hubungi Kami:

Alamat : Gedung TEMPO, Jl. Palmerah Barat No.8, Jakarta Selatan, 12210

Informasi Langganan :

Email : cs@tempo.co.id

Telepon : 021 50805999 || Senin - Jumat : Pkl 09.00 - 18.00 WIB

Telp/SMS/WA : 0882-1030-2525 | 0882-1023-2343 | 0887-1146-002 || Senin - Minggu : Pkl 08.00 - 22.00 WIB

Informasi Lainnya :

Telp/SMS/WA : 0882-1030-2828 || Senin - Minggu : Pkl 08.00 - 22.00 WIB

Komentar

Berita Terkait

  • Paradoks Kuantifikasi Kebahagiaan

    Berita Lainnya

  • Cover Story

    Mundur Selangkah

    Diprotes masyarakat sipil, Presiden Joko Widodo meminta pengesahan Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang represif ditunda.

    21 September 2019
  • Berita Utama

    RUU KUHP Berpeluang Dibahas dari Nol

    Jokowi dikritik karena tidak menarik Menteri Hukum dari pembahasan.

    21 September 2019
  • Berita Utama

    Pegiat HAM: Hapus Pasal Bermasalah

    DPR dan pemerintah disarankan membentuk komite ahli.

    21 September 2019
  • Cari angin

    Pesan Koruptor

    Kawan, aku kaget mendapat kabar ini. Kau dijadikan tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, padahal pimpinan KPK tinggal tiga bulan lagi masa kerjanya.

    21 September 2019
  • iTempo

    S-Pen yang Serba Bisa

    Jarak penggunaan S-Pen bisa hingga 40 meter.

    21 September 2019
  • Tamu

    Ketua Tim Kampanye Hutan Greenpeace, Arie Rompas: Pemerintah Tak Taat Hukum, Apalagi Pembakar Hutan

    Ketukan palu hakim Mahkamah Agung pada 16 Juli lalu seolah-olah menjadi penegas kedudukan akhir pertarungan warga versus pemerintah dalam gugatan terkait dengan pencegahan kebakaran hutan dan lahan yang berlangsung sejak 2015.

    21 September 2019
  • Perjalanan

    Hamparan Hijau Kota Naga

    Ljubljana, ibu kota Slovenia, dikenal sebagai "kota naga" dengan simbol naga dan dragon bridge yang indah. Kota ini juga pernah ditetapkan sebagai kota terhijau di Eropa.

    21 September 2019
  • Buku

    Paradoks Kuantifikasi Kebahagiaan

    Pantzar menemukan sisu, semacam kepercayaan yang diimani, dilaksanakan, dan membangkitkan semangat positif yang berimbas pada kebahagiaan di Finlandia.

    21 September 2019
  • Sastra

    Kejadian-kejadian di Meja Operasi

    Ada baiknya cerita ini tidak dibaca oleh perempuan muda, terutama perempuan muda dengan perut buncit dan jabang bayi di dalamnya.

    21 September 2019
  • Sastra

    Dothraki

    "Bagaimana perjalananmu berkuda?" tanyanya

    21 September 2019
  • Seni

    Menggambar untuk Korban Jerubu

    Kepungan asap akibat kebakaran hutan dan lahan tak mengimpit napas kreativitas sejumlah anak muda di Riau. Lewat kebisaan yang dimiliki, mereka membantu para korban.

    21 September 2019
  • Topik

    Jodoh di Segenggam Gawai

    Sejumlah aplikasi kencan daring memudahkan orang bertemu dengan teman kencan, bahkan pasangan hidup. Penggunanya lebih dari sejuta orang. Aplikasi ini menghilangkan peran "mak comblang".

    21 September 2019
  • Topik

    Malu Lantaran Dicap ‘Tidak Laku’

    Para pengguna aplikasi kencan daring mendapat ejekan sebagai orang yang tidak laku. Masyarakat juga masih malu mengakui memakai bantuan aplikasi dalam mencari jodoh.

    21 September 2019
  • Fotografi

    Emas Cokelat di Tanah Sultan

    Bernama botani Syzygium aromaticum, cengkih menjadi salah satu primadona Kepulauan Maluku.

    21 September 2019
  • Ilmu dan Teknologi

    Aplikasi Kecantikan Serba Ada

    Platform ini baru mendapat suntikan pendanaan seri D sebesar Rp 500 miliar.

    21 September 2019
  • Film

    Cerita Orna dan Manusia Lainnya

    Festival Film 100 Persen Manusia menghadirkan karya-karya sinema yang menggambarkan semangat manusia bertahan hidup.

    21 September 2019
  • Internasional

    Unjuk Rasa Perubahan Iklim Terbesar Digelar di Dunia

    Aksi keempat ini dilakukan menjelang konferensi tingkat tinggi aksi iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa.

    21 September 2019
  • Nasional

    Kompensasi Tumpahan Minyak Tuntas Akhir September

    Greenpeace meminta Pertamina bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan.

    21 September 2019
  • Nasional

    Pemerintah Dianggap Ikut Lemahkan Demokrasi

    Revisi sejumlah undang-undang secara tergesa-gesa diduga sebagai alat barter politik untuk kepentingan kekuasaan dan urusan hukum.

    21 September 2019
  • Nasional

    Tiga Petinggi Perusahaan Jadi Tersangka Kebakaran Lahan

    Pelaku pembakaran hutan dan lahan bertambah menjadi 249 orang dan 6 perusahaan.

    21 September 2019
  • Metro

    Jakarta Tuan Rumah Formula E untuk Lima Musim

    "Formula E merupakan platform promosi agar masyarakat lebih mencintai lingkungan hidup."

    21 September 2019
  • Olah Raga

    Anthony Ginting Kian Dekat Pertahankan Gelar Juara

    Di semifinal, Anthony ditantang pemain asal Denmark, Anders Antonsen.

    21 September 2019
  • Olah Raga

    Panggung Berikutnya untuk Greenwood

    Sejak Maret lalu, United tak pernah menang dalam laga tandang.

    21 September 2019
  • Olah Raga

    Ujian Tammy

    Lini belakang Chelsea mengkhawatirkan.

    21 September 2019
Koran Tempo
  • TEMPO.CO
  • Majalah Tempo
  • Majalah Tempo English
  • Koran Tempo
  • Tempo Institute
  • Indonesiana
  • Tempo Store
  • Tempo.co English

© 2018 PT. Info Media Digital, All right reserved