Khoimatun Nikmah
Mahasiswa Universitas Semarang
Selain keadilan, kebahagiaan adalah hal imateriil yang takkan selesai diburu manusia. Beragam seminar, aneka jurus jitu merumuskan kebahagiaan, dan banyak judul buku juga telah membahasnya, dan terutama yang digemari manusia pemuja angka adalah pemeringkatan kebahagiaan tiap negara di seluruh dunia. Seolah-olah hal abstrak tersebut dapat dikuantifikasi dengan angka dan memberi dampak langsung kepada negara yang kebetulan tak berada di peringkat atas.
Salah satu negara yang menduduki peringkat atas sebagai negara paling bahagia adalah Finlandia. Bila dipikir, tentulah lebih nyaman tinggal di kawasan yang lebih hangat dan tropis daripada di negara dingin seperti Finlandia. Musim dingin di Finlandia panjang, musim ketika suhu jatuh dan hari-hari gelap, diiringi nuansa sedih yang sepertinya dimiliki tempat-tempat di utara-suasana murung yang sering kali digambarkan dalam karya sastra dan televisi bergenre noir mengenai kawasan Nordik. (hlm.19)
Bagaimana mungkin negara dengan kondisi alam sedemikian ekstrem itu mampu menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan penduduk paling bahagia? Apakah alam yang menyusahkan justru membuat orang-orang Finlandia tertantang dan gigih dalam kehidupan?
Katja Pantzar, penulis sekaligus jurnalis, tertantang mencari alasan di balik kebahagiaan orang-orang Finlandia. Pertama kali pindah dari Vancouver ke Helsinki, Pantzar merasa bahwa keseharian orang-orang Finlandia ini sungguh aneh. Lebih menyukai bersepeda atau jalan kaki dalam aktivitas keseharian. Lebih suka makan sayur dan menghindari fast food, makan bersama di kantin kantor, dan memiliki taman-taman yang bisa ditanami sayur dan buah. Sangat berbeda dengan Vancouver ataupun London, dua kota lain yang pernah ia tinggali.
Dalam kekaguman itulah, Pantzar menemukan sebuah terma yang hanya ada di Finlandia, sisu. Semacam kepercayaan yang diimani, dilaksanakan, dan kemudian membangkitkan semangat positif dan berimbas pada kebahagiaan.
Sisu menjadi bagian dari slogan tak resmi Finlandia: sisu, sauna, dan Sibelius. Sauna, sebab kita akan dengan mudah menemukan sauna di semua penjuru Finlandia. Ditaksir ada sekitar 3,3 juta sauna untuk 5,5 juta penduduk Finlandia. Sibelius yang dimaksud adalah Jean Sibelius (1865–1957), seorang komponis paling terkenal dari Finlandia. Salah satu kegigihan Sibelius ialah pernah menggubah sebuah lagu perlawanan yang sempat dilarang oleh pemerintahan Rusia hingga 1917. Dan sisu adalah sebuah kata ajaib yang ditemukan Pantzar setelah berinteraksi dan mengamati langsung kebiasaan orang Finlandia.
Sisu terlalu abstrak untuk sekadar dijabarkan dengan satu atau dua kalimat. Pantzar semula mengartikan sisu sebagai cara pandang hidup yang tangguh, orang-orang aktif yang berkegiatan di segala cuaca, dan bersemangat mengandalkan tangan sendiri alias do-it-yourself (DIY).
Aktif bergerak menjadi salah satu dasar keseimbangan sisu yang menjadi resep bahagia orang Finlandia. Bersepeda atau jalan kaki untuk berkegiatan sehari-hari, berenang, memancing di alam, berkemah, dan berenang di laut Nordik saat musim dingin. Kegiatan alam ini diyakini memberi keseimbangan bagi manusia Finlandia.
"Bagi saya, berada di luar ruang sangat penting bagi kesehatan jiwa dan fisik. Sepanjang saya tetap aktif secara fisik, entah dengan main ski di musim dingin, berenang, ikut kelas olahraga, atau bersepeda ke mana-mana, saya merasa jauh lebih baik, lebih sehat, dan lebih kuat." (hlm. 23)
Sisu juga diartikan sebagai urusan perut. Maka, dalam buku ini juga dibedah bagaimana orang-orang Finlandia menempatkan makanan. Orang Finlandia meyakini alam menyajikan makanan dan itu jauh lebih seimbang dari hasil olahan maupun kemasan. Tak aneh bila di Finlandia, kita akan dapat menemukan petak kebun milik pribadi yang ditanami sayur dan buah. Dalam catatan Pantzar, petak-petak kebun pertama di Finlandia mulai muncul pada awal 1900-an, sebuah tradisi kuno yang dirawat hingga ini.
Ernest Hemingway pernah dengan tegas mengatakan bahwa kebahagiaan itu tidak mendatangi kita, melainkan kita yang harus mendatanginya (baca: menciptakannya). Buku ini mengupas bagaimana orang-orang Finlandia berkerabat dengan alam, menciptakan kebahagiaan dalam skala mereka. Alam adalah sakaguru dunia, dan manusia elemen kecil dari ekosistem itu seharusnya menyatu dengan alam.
Alam yang keras juga mengajari orang-orang Finlandia untuk tidak berhenti dan menyerah. Rintangan dan kondisi alam yang buruk justru membuat mereka terus berusaha melampaui limit maksimal manusia normal. Mana ada orang berenang di malam hari, ketika lautan sedang beku musim dingin? Hanya ada di Finlandia. Dan kebiasaan ini membuat kegigihan melejit dan hidup semakin bergairah, yang berujung pada rasa bahagia dalam diri manusia.
Haruki Murakami pernah menyindir dalam The Wind-up Bird Chronicle, kalau umur manusia tidak terbatas, masihkah kita peduli pada kehidupan dan susah payah mencari kebahagiaan? Benar, karena usia manusia definit, prinsip sisu dan prinsip hidup dari beragam belahan dunia menjadi penting dikemukakan ke publik.
Namun, mentah-mentah menerapkan cara Pantzar ibarat mengukur sepatu kita dengan kaki orang lain. Sisu bisa dipastikan tak akan sesuai dengan negara kita. Boro-boro berenang di sungai atau bersepeda saat berangkat ke kantor, petak pedestrian saja kerap tergusur oleh pedagang kaki lima.
Kebahagiaan adalah hal universal namun bereksponen individual. Tiap orang punya cara dan elemen yang membuat bahagia. Pantzar dengan arif menutup buku ini dengan "menemukan sisu-mu". Setiap orang selepas membaca ini harus menentukan cara bahagia masing-masing. Mungkin cara Pantzar dan orang-orang Finlandia akan sesuai atau bahkan sama sekali bertolak belakang. Kuncinya adalah tak pernah berhenti menemukan hal yang membuat setiap pribadi kita bahagia.
Paradoks Kuantifikasi Kebahagiaan