Homepage
  • login/register
  • Home
  • Berita Utama
  • Editorial
  • Nasional
  • Ekonomi
  • Metro
  • Internasional
  • Olahraga
  • Sains
  • Seni
  • Gaya Hidup
  • Info Tempo

koran tempo

31
Agustus
2019
Dukung Independensi Tempo
  • Home
  • Berita Utama
  • Nasional
  • Ekonomi
  • Metro
  • Sains
  • Editorial
  • Opini
  • Info Tempo
  • Cari Angin
SebelumnyaBuku 1/1 Selanjutnya
Buku

Kenangan Kelam di Batukaru

Kesaksian seorang bocah SMP atas kekejaman di sebuah desa terpencil di Bali pasca-peristiwa 30 September 1965.

Edisi, 31 Agustus 2019
Profile
Tempo
Lentera Batukaru. Tragedi Kemanusiaan Pasca-1965

Lestantya R. Baskoro
Penulis

KISAH kelam pasca-Gerakan 30 September 1965 di Bali terekam benar dalam benak Putu Setia, mantan wartawan yang kini "lahir kembali" menjadi pendeta Hindu dengan nama Ida Pandita Mpu Jaya Prema Ananda. Kekelaman itu berwujud dalam beragam bentuk di desanya, di perbukitan Batukaru: penganiayaan, penculikan, pembantaian, hingga pemerkosaan.

Lentera Batukaru merupakan kesaksian pahit Putu atas peristiwa di Desa Pujungan, Tabanan, dan seputarnya. Saat itu ia duduk di bangku SMP, aktif sebagai pengurus GSNI (Gerakan Siswa Nasional Indonesia), organisasi pelajar yang menginduk ke PNI dan berseberangan dengan IPPI (Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia) yang berafiliasi ke PKI. Putu menceritakan bagaimana gesekan terjadi antara organisasinya dan IPPI. Juga bagaimana seorang siswi yang bapaknya aktivis PKI diperkosa tentara.

Ia melihat tragedi yang terjadi di desanya itu dari kacamatanya sebagai bocah SMP dan juga, kemudian, setelah dewasa, sebagai wartawan. Bagaimana hari-hari mencekam muncul di desanya setelah peristiwa G30S tersebut. Ia, misalnya, menceritakan bagaimana sejumlah rumah milik mereka yang disebut pengurus PKI dibakar massa dari luar desa mereka. Sejarawan University of British Columbia, John Roosa, menyebut pembunuhan terhadap orang-orang PKI di Bali baru terjadi setelah Desember 1965, setelah kedatangan RPKAD ke sana. (John Roosa, Dalih Pembunuhan Massal, 2008)

W251bGwsIjIwMjEtMDQtMTIgMDE6MDI6MjYiXQ

Tak hanya bertutur tentang dahsyatnya dampak peristiwa G30S untuk masyarakat Bali, buku ini juga memuat kritik Putu atas sejumlah pandangan tokoh adat Bali yang menurut dia keliru, termasuk soal pengkastaan. Ia, misalnya, mengkritik pemeluk agama Hindu Bali yang merasa "lebih tinggi" ketimbang pemeluk di luar Bali. "Ada upacara piodalan di pura-pura di Jawa, orang Hindu Bali datang membawa sesajen versi Bali. Sesajen orang Hindu di Jawa sepertinya tak dipakai. Orang Jawa pakai blangkon ke pura dibilang salah, harus pakai destar. Menembangkan kidung versi Jawa dibilang tak sesuai dengan sesajen. Apa sih maunya orang Bali?" (hlm. 247).

Dalam tragedi di Batukaru, desanya, Putu menceritakan peristiwa keji yang menimpa kakak sepupunya, Ni Wayan Ngarti. Suami Wayan Ngarti, I Nyoman Mastra, "kena garis"-sebuah kata paling menyeramkan saat itu, yang artinya "terlibat PKI dan diambil tentara"-dan itu berarti lagi bisa hilang atau mati. Bersama dua anaknya, I Wayan Sunawa dan Ni Made Kerti, kakak sepupunya hanya bisa meratap saat serombongan tentara, di tengah malam, menyeret pergi Nyoman Mastra. Mengenaskan, karena "kesalahan" Nyoman hanya ikut membantu mendirikan panggung kesenian milik PKI. Tak ada yang tahu ke mana Nyoman dibawa.

Putu menyaksikan dua keponakannya tumbuh dalam trauma peristiwa itu. Bertahun-tahun kemudian, bersama Wayan Sunawa-yang yakin ayahnya masih hidup-Putu menyusuri sejumlah tempat, di pantai barat Bali yang "menurut cerita orang" tempat penguburan massal mereka yang "kena garis".

I Wayan Sunawa, setelah pemerintahan Orde Baru membebaskan para tahanan Pulau Buru-termasuk membebaskan seorang tokoh PKI di desanya-saban malam, setiap kali mendengar apa pun di luar rumah, segera meloncat, membuka pintu, berharap ayahnya muncul. Harapan yang sia-sia, hingga Putu meyakinkan keponakannya itu bahwa sang bapak-yang sudah diaben (demikianlah para warga kampung mengaben siapa pun yang tewas dalam tragedi kelam itu kendati tak jelas keberadaannya)-sudah tak ada.

Ini bukan buku pertama Putu yang menceritakan kehidupan dan perjalanan hidupnya. Sebelumnya, ia menerbitkan biografinya, Wartawan Menjadi Pendeta, yang berisi kisah "metamorfosisnya" dari seorang manusia biasa menjadi pendeta Hindu setelah mengikuti sejumlah tahap dan ritual, termasuk ritual "dimatikan dan dihidupkan kembali". Pada Wartawan Menjadi Pendeta, sebenarnya Putu sudah menyinggung perihal aktivitasnya "berpolitik" ketika di SMP dan bagaimana kekelaman pasca-1965 di desanya. Lentera Batukaru bisa disebut versi detailnya.

Lentera Batukaru merupakan "tambahan" lain cerita seputar tragedi kemanusiaan akibat peristiwa G30S di negeri ini-yang diperkirakan menyebabkan tak kurang dari setengah juta orang tewas. Buku Putu menjadi lain karena ia bercerita dari sisi sebagai saksi langsung. Menjadi penting karena memberi informasi bagaimana tragedi itu terjadi di sebuah desa yang bisa disebut terpencil.

Seperti pada Wartawan Menjadi Pandita, pada akhirnya kita juga melihat sosok Putu yang selalu mensyukuri perjalanan hidupnya, yang dipandangnya selalu tak terduga. Dari penjual koran, tukang listrik, menjadi reporter harian lokal, hingga menjadi wartawan Tempo . Dan kini, setelah pensiun menjadi wartawan-namun tetap menjadi penulis dan kemudian pendeta-Putu membangun pasraman, pusat kegiatan ritual dan sosialnya, di desanya, yang diharapkannya menjadi "lentera" bagi masyarakat sekitar.


Lentera Batukaru. Tragedi Kemanusiaan Pasca-1965

Penulis : Putu Setia (Mpu Jaya Prema Ananda)

Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia, 2019

Tebal : 255 halaman



SebelumnyaBuku 1/1 Selanjutnya

Hubungi Kami:

Alamat : Gedung TEMPO, Jl. Palmerah Barat No.8, Jakarta Selatan, 12210

Informasi Langganan :

Email : cs@tempo.co.id

Telepon : 021 50805999 || Senin - Jumat : Pkl 09.00 - 18.00 WIB

Telp/SMS/WA : 0882-1030-2525 | 0882-1023-2343 | 0887-1146-002 || Senin - Minggu : Pkl 08.00 - 22.00 WIB

Informasi Lainnya :

Telp/SMS/WA : 0882-1030-2828 || Senin - Minggu : Pkl 08.00 - 22.00 WIB

Komentar

Berita Terkait

  • Kenangan Kelam di Batukaru

    Berita Lainnya

  • Cover Story

    Ramai-ramai Menolak Calon bermasalah

    Tokoh dan kelompok masyarakat antikorupsi di penjuru Tanah Air terus mendesak Presiden Jokowi agar mengajukan calon pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi yang berintegritas kepada DPR.

    31 Agustus 2019
  • Berita Utama

    Said Aqil: Pilih 10 Calon Pemimpin KPK yang Berintegritas

    Desakan terhadap Presiden Jokowi agar menyingkirkan calon pemimpin KPK yang bermasalah semakin luas.

    31 Agustus 2019
  • Nasional

    Jokowi Diklaim Akan Mengecek Ulang Calon Hasil Seleksi

    Panitia Seleksi akan menyerahkan 10 calon pemimpin KPK ke Presiden, pekan depan.

    31 Agustus 2019
  • Nasional

    Presiden Perintahkan Aparat Pulihkan Papua

    Jokowi meminta agar aparat menindak tegas perusuh.

    31 Agustus 2019
  • Metro

    PT Angkasa Pura II Bangun Jembatan Penghubung Tangerang-Jakarta

    Aksesibilitas menjadi penting agar operasional bandara tidak terganggu.

    31 Agustus 2019
  • Ekonomi dan Bisnis

    OJK: Perombakan Direksi BUMN Harus Sesuai Prinsip Tata Kelola

    Kegaduhan perombakan direksi membuat saham BTN semakin jeblok.

    31 Agustus 2019
  • Ekonomi dan Bisnis

    Pasar Digital Investasi Emas

    Pengguna bisa mencicil pembelian mulai dari Rp 10 ribu.

    31 Agustus 2019
  • Topik

    Kreativitas di Jalur Pedestrian Ibu Kota

    Bukan hanya moda transportasi umum yang semakin bagus, jalur pedestrian di Jakarta juga semakin nyaman. Trotoar, taman kota, dan terowongan stasiun akhirnya menjadi ruang bagi warga kota untuk berekspresi dan berkreasi. Dari pemusik, seniman mural, tukang sketsa, hingga seniman kaca patri.

    31 Agustus 2019
  • Topik

    Agar Warga Kembali Berjalan Kaki

    Jalur pedestrian di Jakarta dibuat agar semakin nyaman. Tak hanya di jalan protokol, jalan tikus di beberapa lokasi juga dibuatkan jalur pejalan kaki.

    31 Agustus 2019
  • Cari angin

    Mengkhayal Ibu Kota

    Mau menebak siapa menteri yang kira-kira dipertahankan Presiden Joko Widodo pada periode kedua ini? Ada teman yang bilang, pantau saja siapa menteri yang paling banyak berbicara soal pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur.

    31 Agustus 2019
  • Kuliner

    Sensasi Burger Kreasi Sendiri

    Byurger memungkinkan Anda mengkreasikan sendiri isian burger yang Anda inginkan.

    31 Agustus 2019
  • iTempo

    Beda Ponsel, Beda Kecepatan Koneksi

    Selain jenis ponsel pintar, merek ponsel turut mempengaruhi konektivitas jaringan.

    31 Agustus 2019
  • Perjalanan

    Diriyah, Oasis di Jantung Riyadh

    Kawasan kota tua Diriyah menjadi pesona ibu kota Kerajaan Arab Saudi, Riyadh. Pusat pelesir dan arena balap Formula E.

    31 Agustus 2019
  • Tamu

    Lenis Kogoya: Saya Disebut Boneka Jakarta

    Insiden rasisme yang menimpa mahasiswa Papua di Surabaya menyulut kemarahan warga Papua di berbagai daerah.

    31 Agustus 2019
  • Buku

    Kenangan Kelam di Batukaru

    Kesaksian seorang bocah SMP atas kekejaman di sebuah desa terpencil di Bali pasca-peristiwa 30 September 1965.

    31 Agustus 2019
  • Film

    Kesaktian dan Kekonyolan Gundala

    Tokoh patriot pertama Marvel-nya Indonesia. Joko Anwar menghadirkan tokoh Gundala yang membumi.

    31 Agustus 2019
  • Internasional

    Cina Tolak Pencabutan RUU Ekstradisi Hong Kong

    Tentara Cina yang ditempatkan di Hong Kong akan bertindak jika situasi di kota itu memburuk.

    31 Agustus 2019
  • Olah Raga

    Upaya Gauff Kembali Mengukir Sensasi

    Gauff menjadi petenis putri termuda kedua yang mencapai 32 besar di Flushing Meadows.

    31 Agustus 2019
  • Olah Raga

    Misi Bangkit di St Mary’s

    Mason Greenwood ada kemungkinan diturunkan.

    31 Agustus 2019
  • Olah Raga

    Trisula Maut

    Aubameyang, Lacazette, dan Pepe dimainkan sejak awal.

    31 Agustus 2019
  • Sastra

    Hikayat Piso Tumbuk Lada

    Marsten L. Tarigan

    31 Agustus 2019
  • Sastra

    Sebuah Naskah Kehidupan Seorang Penulis

    Wawan Kurniawan

    31 Agustus 2019
Koran Tempo
  • TEMPO.CO
  • Majalah Tempo
  • Majalah Tempo English
  • Koran Tempo
  • Tempo Institute
  • Indonesiana
  • Tempo Store
  • Tempo.co English

© 2018 PT. Info Media Digital, All right reserved