Homepage
  • login/register
  • Home
  • Berita Utama
  • Editorial
  • Nasional
  • Ekonomi
  • Metro
  • Internasional
  • Olahraga
  • Sains
  • Seni
  • Gaya Hidup
  • Info Tempo

koran tempo

3
Agustus
2019
Dukung Independensi Tempo
  • Home
  • Berita Utama
  • Nasional
  • Ekonomi
  • Metro
  • Sains
  • Editorial
  • Opini
  • Info Tempo
  • Cari Angin
SebelumnyaBuku 1/1 Selanjutnya
Buku

Ancaman ‘Wabah’ Beras

Saat ini suku Asmat di Papua sangat bergantung pada konsumsi beras melalui program bantuan beras untuk orang miskin.

Edisi, 3 Agustus 2019
Profile
Tempo
Nusantara dalam Piringku

Saat ini suku Asmat di Papua sangat bergantung pada konsumsi beras melalui program bantuan beras untuk orang miskin. Begitu juga banyak daerah lain. Ketergantungan pada beras bisa menyebabkan krisis pangan.

Di Indonesia, kebijakan pangan pokok yang masih terkonsentrasi pada beras membuat ketergantungan pada komoditas tersebut tetap tinggi. Padahal, selain beras, masyarakat Indonesia memiliki banyak varian makanan pokok. Menurut Ari Ambarwati, penulis Nusantara dalam Piringku, Nusantara memiliki 77 bahan tanaman berkarbohidrat yang bisa dikonsumsi sebagai makanan pokok. Tanaman tersebut tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Dari 77 varian tanaman itu, masyarakat Indonesia hanya mengenal beberapa, di antaranya adalah jagung, umbi-umbian, sagu, pisang, dan sorgum yang sudah dikonsumsi sebagai pangan pokok utama dari generasi ke generasi sebelum padi dikenal belakangan. "Fakta ini menunjukkan bahwa potensi bahan pangan yang ada di wilayah Indonesia belum dimanfaatkan secara maksimal sebagai sumber pangan," demikian penjelasan Ari (hlm. 2).

Nasionalisasi beras yang dilakukan pemerintah pada 1990-an bisa menyebabkan krisis pangan. Ari mengutip pernyataan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise, yang menyebutkan bahwa suku Asmat di Papua saat ini sangat bergantung pada konsumsi beras melalui program bantuan beras untuk orang miskin (raskin). Masyarakat Asmat dulu mengkonsumsi umbi-umbian sebagai makanan pokok. Tapi kebiasaan itu bergeser sejak pemerintah mensuplai raskin pada 2003. Mereka tidak lagi mengolah pangan lokal berupa umbi-umbian. Mereka menanti jatah raskin tiba.

W251bGwsIjIwMjEtMDQtMTggMTk6MDA6MjYiXQ

Masyarakat di Maluku tengah, tepatnya di Pulau Haruku, secara turun-temurun mengkonsumsi makanan pokok sagu dan umbi-umbian. Kini beras menjadi pangan pokok favorit mereka. Sementara itu, sagu mulai dikesampingkan.

Menurut Ari, perubahan pola konsumsi pangan pokok dari umbi-umbian ke beras bukan sekadar perkara berganti dari satu pangan pokok ke pangan pokok lainnya. Kosakata serta frasa yang berhubungan langsung dengan pangan pokok itu juga akan hilang. Kondisi ini mengancam keberlangsungan bahasa daerah. Bahasa Indonesia juga terganggu karena bahasa daerah merupakan salah satu lumbung pemasok kosakata bahasa Indonesia.

Tingginya "wabah" beras di Indonesia bisa dilihat dari statistik impor beras. Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa Indonesia mengimpor beras sebanyak 256,56 ribu ton dari berbagai negara. Ini mengherankan. Pasalnya, Indonesia memiliki luas lahan sagu sebesar 6 juta hektare dan 20–40 ton tepung sagu yang dihasilkan dari setiap hektarenya. Dibanding beras, sagu memiliki produktivitas yang lebih tinggi. Satu juta hektare lahan sagu mampu menghasilkan 30 juta ton tepung sagu. Adapun 12 juta hektare sawah menghasilkan 30 juta ton padi saja.

Bergantung pada beras, kata Ari, juga rentan menyebabkan krisis pangan. Sebab, pasar perdagangan beras internasional sebenarnya sangat sedikit. Menurut penelitian Bank Dunia, hanya 5 persen dari produksi global beras diperdagangkan di pasar internasional. Ini mengimplikasikan bahwa harga beras rentan terhadap perubahan penawaran dan permintaan. Terlebih lagi, suplai beras internasional berasal hanya dari tiga negara eksportir beras, yaitu Thailand, India, dan Vietnam (hlm. 111).

Surya Wiyono, ahli tanaman pangan dari IPB, menyatakan wabah beras di Indonesia terjadi karena tiga faktor anomali. Pertama, pangan pokok harus beras. Kedua, beras wajib berasal dari padi sawah. Ketiga, budi daya padi wajib menggunakan pupuk dan obat kimia. Tiga faktor anomali ini menegasikan kenyataan bahwa tidak semua daerah di Indonesia sesuai dan tepat untuk budi daya padi.

Menurut Ari, beras tampaknya mulai ditinggalkan demi alasan kesehatan. Banyak bermunculan warung, kafe, dan restoran yang menyediakan menu non-beras, seperti jagung, sebagai alternatif pengganti beras putih. Alasannya, beras putih memiliki indeks glikemik senilai 86. Sementara itu, jagung senilai 62. Indeks glikemik merupakan indikator kadar gula. Masyarakat perlahan mulai meninggalkan makanan yang mengandung karbohidrat tinggi.

Kesadaran berbasis kesehatan tersebut juga harus didukung oleh kebijakan ekonomi-politik untuk mengangkat nilai varian pangan pokok lain lewat sosialisasi, promosi, pemberdayaan para petani, dan yang paling penting jaringan harga pengaman, sehingga ia dianggap komoditas yang menjanjikan.

Buku yang berasal dari penelitian ini sebenarnya diarahkan sebagai buku ajar untuk pelajaran di sekolah. Bisa dimaklumi jika analisis kritis terhadap kebijakan soal nasionalisasi beras sedikit dan tak begitu tajam. Pembaca, seusai bab pendahuluan yang agak panjang, hanya disajikan data lengkap ragam pangan pokok di Indonesia, tanpa diberi tahu ihwal solusi alternatif agar varian pangan pokok yang hampir punah itu kembali berwibawa, setara dengan beras.


Nusantara dalam Piringku

Penulis : Ari Ambarwati

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Cetakan : Juni 2019

Tebal : 163 halaman



SebelumnyaBuku 1/1 Selanjutnya

Hubungi Kami:

Alamat : Gedung TEMPO, Jl. Palmerah Barat No.8, Jakarta Selatan, 12210

Informasi Langganan :

Email : cs@tempo.co.id

Telepon : 021 50805999 || Senin - Jumat : Pkl 09.00 - 18.00 WIB

Telp/SMS/WA : 0882-1030-2525 | 0882-1023-2343 | 0887-1146-002 || Senin - Minggu : Pkl 08.00 - 22.00 WIB

Informasi Lainnya :

Telp/SMS/WA : 0882-1030-2828 || Senin - Minggu : Pkl 08.00 - 22.00 WIB

Komentar

Berita Terkait

  • Ancaman ‘Wabah’ Beras

    Berita Lainnya

  • Cover Story

    Pertamina Terancam Sanksi

    Di luar kewajiban mengganti kerugian masyarakat, Pertamina berpotensi terkena sanksi atas pencemaran lingkungan yang disebabkan bocornya sumur minyak dan gas di perairan Karawang, Jawa Barat.

    3 Agustus 2019
  • Berita Utama

    Pertamina Terancam Sanksi Pencemaran Lingkungan

    KLHK mengukur luas area terkena dampak.

    3 Agustus 2019
  • Berita Utama

    Penutupan Sumber Kebocoran Rampung Delapan Pekan

    Pertamina optimistis hilangnya potensi sumur YYA-1 ditutup produksi lapangan lain.

    3 Agustus 2019
  • Topik

    Ruang Ekspresi Kawula Muda

    Kehadiran bioskop rakyat memberi ruang bagi anak muda untuk berekspresi. Juga menjadi ruang bersama seniman lintas bidang.

    3 Agustus 2019
  • Topik

    Bioskop Rakyat Menggeliat

    Bioskop rakyat dengan harga murah hadir di sejumlah daerah untuk memberikan tontonan kepada masyarakat kelas bawah. Ada yang berdiri di tengah pasar dan berbentuk koperasi.

    3 Agustus 2019
  • iTempo

    Laptop Gaming Kian Tipis

    Popularitas eSport yang bertumbuh membuat permintaan laptop gaming terangkat.

    3 Agustus 2019
  • Perjalanan

    Nyanyian Angin di Batas Afganistan

    Di Nashtifan, kota kecil di Provinsi Khorasan Rezavi, Iran, alam memberi keberkahan berupa angin yang bertiup sepanjang tahun.

    3 Agustus 2019
  • Gaya Hidup

    Meluncur Melawan Macet dan Polusi

    Sejumlah eksekutif muda di Ibu Kota menggunakan otopet listrik tak hanya untuk kesenangan, tapi juga sebagai alat transportasi sehari-hari.

    3 Agustus 2019
  • Ekonomi dan Bisnis

    Aplikasi Pasar Wisata Religi

    Pengguna dapat merencanakan umrah melalui telepon seluler.

    3 Agustus 2019
  • Ekonomi dan Bisnis

    Pengembangan Jaringan Tol Baru Dikebut

    Pemerintah menyusun formula untuk menggaet investor.

    3 Agustus 2019
  • Metro

    DKI Kaji Ganjil-Genap untuk Sepeda Motor

    Masyarakat cenderung berpindah ke sepeda motor untuk menghindari aturan ganjil-genap.

    3 Agustus 2019
  • Nasional

    Gempa Besar di Laut Banten Terasa Hingga Lampung

    Sejumlah bangunan milik pemerintah dan rumah penduduk rusak.

    3 Agustus 2019
  • Nasional

    Partai Setuju GBHN Dihidupkan Lagi

    Amendemen kelima UUD 1945 bakal menjadi rekomendasi MPR periode sekarang ke periode mendatang.

    3 Agustus 2019
  • Cari angin

    Tahu Diri

    Punya ambisi itu boleh, tapi harus tahu diri. Petuah bijak ini lagi ramai diucapkan tatkala mulai terjadwal pemilihan kepala daerah serentak yang dilaksanakan tahun depan.

    3 Agustus 2019
  • Tamu

    Sadiman:

    Saya Dibilang Gila karena Bibit Cengkih Ditukar Beringin

    3 Agustus 2019
  • Buku

    Ancaman ‘Wabah’ Beras

    Saat ini suku Asmat di Papua sangat bergantung pada konsumsi beras melalui program bantuan beras untuk orang miskin.

    3 Agustus 2019
  • Seni

    Kekacauan di Universitas Kaspar

    Menggambarkan kegelisahan dan pertarungan dosen di institusi pendidikan seni.

    3 Agustus 2019
  • Internasional

    Kebebasan Baru bagi Wanita Saudi

    Putri Reema Bandar al-Saud menegaskan, perempuan selalu berperan integral dalam pembangunan dan terus melangkah setara dengan laki-laki.

    3 Agustus 2019
  • Olah Raga

    Kevin/Marcus Gagal Bikin Hat-Trick

    Pada game ketiga Kevin/Marcus benar-benar kehabisan tenaga.

    3 Agustus 2019
  • Sastra

    Kelas Melukis

    Biyank Alejandra

    3 Agustus 2019
  • Sastra

    Hiatus

    Boy Riza Utama

    3 Agustus 2019
  • Olah Raga

    Laga Terakhir Sebelum Bertemu Chelsea

    Solskjaer belum puas dengan hasil tur pramusim.

    3 Agustus 2019
  • Olah Raga

    Duel Spesial

    Gelar pertama bagi Liverpool pada musim ini.

    3 Agustus 2019
Koran Tempo
  • TEMPO.CO
  • Majalah Tempo
  • Majalah Tempo English
  • Koran Tempo
  • Tempo Institute
  • Indonesiana
  • Tempo Store
  • Tempo.co English

© 2018 PT. Info Media Digital, All right reserved