Politik Olahraga Indonesia ala Sukarno
Sabtu, 5 November 2016
Politik dan olahraga, jika kita membicarakannya hari ini, keduanya merupakan ranah yang berbeda. Keduanya terpisah dan tak boleh disatukan. Jika dikombinasikan, sanksi akan diberikan oleh komite olahraga internasional. Contoh kasus terbaru yang paling konkret ialah sanksi yang diberikan oleh Federation of International Football Association (FIFA) kepada Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) pada 2015. Musababnya, FIFA menganggap pemerintah mengintervensi kepengurusan PSSI.
Hal itu cukup absurd, sebab pemerintah hanya diposisikan sebagai fasilitator atau penyedia dana bagi lembaga keolahragaan, tanpa punya hak lain. Jika kita berkaca pada perjalanan sejarah Indonesia, kita akan menemukan bahwa politik dan olahraga tak bisa dipisahkan. Keduanya bahkan saling melengkapi. Olahraga dijadikan alat pemersatu bangsa—bahkan antarbangsa terjajah. Selain itu, olahraga dijadikan tolok ukur kedaulatan suatu bangsa dan negara.

Politik dan olahraga, jika kita membicarakannya hari ini, keduanya merupakan ranah yang berbeda. Keduanya terpisah dan tak boleh disatukan. Jika dikombinasikan, sanksi akan diberikan oleh komite olahraga internasional. Contoh kasus terbaru yang paling konkret ialah sanksi yang diberikan oleh Federation of International Football Association (FIFA) kepada Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) pada 2015. Musababnya, FIFA menganggap pemerinta
...Silakan berlangganan untuk membaca keseluruhan artikel ini.
Mulai dari
Rp.58.000*/Bulan
Akses tak terbatas di situs web dan mobile Tempo
Aplikasi Tempo Media di Android dan iPhone
Podcast, video dokumenter dan newsletter
Arsip semua berita Majalah Tempo sejak terbit 1971 dan Koran Tempo sejak edisi perdana 2001
Register di sini untuk mendapatkan 5 artikel premium gratis. Jika sudah berlangganan, silakan login