Puisi Gelap Holocaust
Jakarta - Empat pria berjalan dalam temaram panggung. Kemudian ada yang terdiam, ada yang menandakkan kakinya hingga berbunyi seperti barisan serdadu yang tengah berbaris. Ada pula yang melayangkan cambuk ke udara hingga terdengar rintih suara manusia yang terluka dan seorang, yang lain terjerembab di lantai, berusaha merangkak dengan kepayahan.
Suasana kelam semakin mencekam ketika selarik, dua larik, dan seluruh isi puisi Fuga Maut karya penyai
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini