Monolog dengan Setan
Jakarta - Kentongan terdengar dipukul bertalu-talu. Menandakan gonjang-ganjing panjang yang tidak ada ujung dan simpulnya. Bencana terus mengalir, bak air bah yang tidak terbendung. Tanpa seorang pun bisa mencegah. Permainan lampu tembak dari belakang menembus bentangan kain putih memperlihatkan siluet manusia yang terus bergerak liar dengan balutan lampu menyala.
Kehebohan itu membuka pementasan monolog Putu Wijaya berjudul Surat kepada Setan di
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini