Budaya
Sebuah Peralihan
Pelukis keluar dari dunianya, menjadi pematung.
Edisi, 20 Agustus 2005
Reporter: Administrator
JAKARTA -- Keluar dari cangkangnya. Demikian agaknya para seniman negeri ini mencoba meluaskan wawasannya. Telah ada beberapa pelukis yang mencoba berjalan di ranah seni patung. Ade Artie contohnya. Pelukis ini beberapa waktu lalu berpameran dengan Dolorosa Sinaga. Ade mencoba menciptakan patung-patung figuratif. Atau sebaliknya seorang pematung yang membuat lukisan, seperti pematung Rudi Mantovani dan Yusra Martunus dari Kelompok Jendela yang juga selesai berpameran di Jakarta beberapa bulan silam. Biasanya, sedikit banyak peralihan penuangan ide dalam bentuk karya seni ini akan saling mempengaruhi. Sebut saja seorang pelukis yang mencoba mematung, ada latar seni lukis yang terlihat. Atau sebaliknya, seorang pematung yang mencoba melukis, ada juga pengaruh seni patungnya. Pun bagi seorang pelukis Antonius Kho yang berpameran di Mondecor Galery mulai 20 Agustus 2005.Kurator seni Jean Couteau mengatakan, bila ditilik memang ada tanda yang menunjukkan Antonius bukanlah seorang pematung. Pasalnya, karya Antonius pada umumnya dibuat dengan logika dwi dimensi sebagai dasar kreativitasnya. Sebagai seniman yang dididik pelukis, Antonius tidak menanggapi karyanya sebagai ronde-bosse. Ini arti dari sebuah karya yang bervolume, dibuat khusus untuk dilihat dari banyak segi. Menurut Jean, secara genre karya Antonius berada di antara patung in the round dan relief. Atau ukiran di atas dasar yang datar.Beberapa karyanya antara lain seonggok patung berjudul Kasih Sayang. Batangan kayu itu lebih didominasi wajah yang besar. Komposisi anggota tubuh yang lain lebih kecil. Sebuah karya figuratif yang sedikit abstrak. Karya yang lebih rumit berjudul Bergumul 2, dengan berbagai ornamen wajah yang saling berdesak-desakan dari atas sampai bawah. Lantas dalam karya Action 4, Action 6, dan Action 9 terlihat bagaimana Antonius ini seorang pelukis. Dirinya mempertimbangkan keberadaan warna yang melilit patung-patungnya.Jean Couteau kembali menyatakan, justru karya patung Antonius menjadi tidak sembarangan. Dalam arti tidak sembarangan patung yang berbicara secara visual. Bukan juga suatu celah bila patung hasil karya seniman kelahiran Klaten ini tidak mengikuti pola umum seni patung. Justru patung Antonius ini sebagai salah satu contoh lenyapnya pembatasan genre kesenian yang menjadi ciri utama kesenian modern.Antonius yang lahir di Klaten pada 1958 ini mulanya mengenal lukisan dari sang guru bernama Barli. Sejak 1980-an dia sudah aktif di berbagai pameran lukisan. Antonius beralih ke patung ketika dirinya mengganti kanvas dengan bilah papan kayu. Lantas papan itu dilukisi wajah khasnya, yang sudah memiliki ciri tiga dimensi dengan teknik dasar lukis. Tahun silam dia menambahi volume dan daging sebagai pendekatannya. Atas bantuan seorang tukang ukir, Antonius mendapatkan terjemahan atas karya lukis tiga dimensinya.Seperti halnya seni kriya kayu yang masih terjebak pada pola genre kesenian modern, seniman kriya masih berjuang agar karya mereka tidak lagi dipandang sebelah mata. Bisa jadi apa yang dilakukan Antonius ini sebagai salah satu upaya menuju ke arah itu, yaitu arah untuk mengikis kamar-kamar dengan sekat pemisah. Akhirnya, bertambah lagi seorang seniman lukis yang mencoba ranah patung, meski Antonius melawan arus yang beredar dalam dunia seniman, yaitu melukis itu memiliki celah lebih luas daripada mematung. ANDI DEWANTO