Buluh Nadi Farida Oetoyo
Laki-laki itu berada di tengah panggung. Kain merah menutupi perutnya yang semula telanjang. Menyisakan sebagian dada, tangan, dan kakinya. Empat perempuan berlari berputar sambil memegang ujung kain. Laki-laki itu semakin terbelit. Tak lama kemudian, ia membuat gerakan kayang.
Lalu, ia bangkit kembali. Belitan itu tak mengendur. Tangannya terangkat ke atas sejenak. Lalu, ia pun rebah. Para pembelit kain meninggalkannya. Panggung itu pun sepi dan
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini