Ketika Perantau Jawa Tak Ingin Kehilangan Leluhurnya
YOGYAKARTA - Sejumlah perempuan bersanggul mengenakan kebaya dan kain jarit turun dari mobil di halaman depan pendapa Ndalem Wironegaran, Yogyakarta, kemarin. Senyum sumringah menghiasi wajah ayu mereka saat bersalaman dengan pemilik rumah, Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Wironegoro.
Layaknya masyarakat Jawa, para perempuan itu saling bercakap dalam bahasa Jawa dengan logat berbeda: Yogyakarta, Surakarta, bahkan Jawa Timur. Meski telah menetap di
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini