YOGYAKARTA - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta Pemerintah Kota Yogyakarta membersihkan kawasan Alun-alun Utara dari aktivitas parkir. "Kami minta setelah libur Lebaran diselesaikan," ujarnya seusai Syawalan di Balai Kota Yogyakarta, kemarin.
Aktivitas parkir di Alun-alun Utara belakangan kembali marak, meski Keraton dan Pemerintah Kota sepakat mensterilkan kawasan itu sejak awal tahun ini. Penataan alun-alun pun sudah dilakukan secara maraton, dengan memberi cone block di sekeliling dan tambahan pasir.
Namun, dari pantauan Tempo, parkir liar di Alun-alun Utara kembali terjadi sejak membeludaknya kunjungan wisatawan Lebaran ke kawasan Malioboro. Atas kejadian tak terduga itu, Sultan menyatakan hanya bisa memberi toleransi waktu, karena dinilai masih berdekatan dengan momentum Lebaran. "Ya, kami masih beri toleransi agar wisatawan Lebaran ini tetap nyaman. Tapi habis Lebaran harus selesai," ujarnya.
Ketua Kelompok Kerja Parkir Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, Hanarto, mengatakan kawasan Alun-alun Utara, sebelum disterilkan, menjadi salah satu kantong parkir paling basah yang menyumbang pendapatan besar bagi daerah. "Jika penuh atau memuat sekitar 200-300 kendaraan, sehari bisa menghasilkan Rp 5 juta," ucapnya.
Namun, sejak Pemerintah Kota melarang kegiatan perparkiran di kawasan itu, bermunculan pengelola parkir liar.
Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti mengatakan sudah meminta maaf kepada Sultan, dan membahas solusinya. "Kami sudah berusaha optimal menjaga tetap steril. Namun lonjakan jumlah wisatawan pada Lebaran ini cukup tinggi," tuturnya.
Kepada Sultan, Haryadi berjanji sampai akhir pekan ini pemerintah masih memberi toleransi. "Karena memang sangat situasional, kami mohon izin sampai akhir pekan ini," ucapnya.
Pemerintah Kota juga berjanji segera merealisasi pembangunan portal pembatas sekeliling Alun-alun Utara agar tak dimanfaatkan sebagai lahan parkir. "Pembangunan portal itu bersamaan penataan kawasan Titik Nol Kilometer yang didukung provinsi," kata Haryadi.
Sekretaris Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta Purnomo Rahardjo mengatakan kebijakan parkir, terutama di tepi jalan umum, adalah kebijakan dilematis. Satu sisi membuat jalan macet, sisi lain penyumbang pendapatan daerah.
Di Pekalongan, Jawa Tengah, acara Syawalan dimeriahkan dengan pembuatan dua kue lopis raksasa seberat 3 ton. Kue yang dibuat oleh warga Krapyak Lor dan Krapyak Kidul tersebut dipotong dan dibagikan ke masyarakat sebagai tradisi setiap tahun.
Koordinator lapangan pembuatan lopis raksasa dari Krapyak Kidul, Achmad Zaki, mengatakan tahun ini lopis yang dibuat warga Krapyak Kidul mencapai tinggi 203 sentimeter dengan diameter 87 sentimeter. "Beratnya melebihi berat lopis ageng yang dibuat tahun lalu," ujarnya, kemarin.
Ketua panitia lopis raksasa Krapyak Kidul, Muhammad Nasrudin, mengatakan pembuatan lopis raksasa telah berlangsung puluhan tahun. "Tradisi ini sudah dimulai sejak 1950. Pada awalnya lopis yang dibuat hanya seukuran ember, lalu setiap tahun bertambah besar hingga sekarang tingginya lebih dari 2 meter."PRIBADI WICAKSONO | VENANTIA MELINDA