Mereka Hidup dari Membelah Batu
Di bawah dinding batu setinggi 25 meter, Slamet menggantungkan mata pencaharian. Rambutnya panjang sebahu, dibiarkan terurai, menutupi dahi yang hitam terbakar matahari. Badannya kekar, ototnya menyembul di balik kulit lengan.
Di bawah dinding batu setinggi 25 meter, Slamet menggantungkan mata pencaharian. Rambutnya panjang sebahu, dibiarkan terurai, menutupi dahi yang hitam terbakar matahari. Badannya kekar, ototnya menyembul di balik kulit lengan.
Trang, trang, suara adu logam berdentang kencang memecah kesunyian. Enam pasak tertancap di permukaan batu, membentuk garis lurus. "Ini agar pecahan batunya lurus," kata lelaki 42 tahun itu kepada Tempo kemarin.
Slamet ada
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini