Sajak dan Suara Thukul di Angkringan
Angin malam sayup-sayup berembus ketika Susilo Adinegoro dan belasan aktivis prodemokrasi dari Yogyakarta duduk lesehan beralas tikar. Mereka mendiskusikan sosok Thukul dan secara bergantian membacakan puisi di angkringan tepi jalan. Setiap orang bebas memilih puisi yang disukai. Mereka bebas membacakannya dengan gaya apa pun. Bisa duduk atau berdiri, sesuka pembacanya.
Angkringan dipilih karena di sana banyak pengamen. Thukul dikenal sebagai se
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini