Edisi Minggu, 28 Desember 2014
Cari angin
Putu Setia
Bencana sering datang di akhir tahun. Bisa dimaklumi. Musim hujan memang di bulan-bulan akhir tahun dan berlanjut ke awal tahun. Hujan yang ditunggu para petani menjadi pangkal bencana. Ada tanah longsor, seperti di Banjarnegara. Penyebabnya, konspirasi antara hujan dan kostur tebing yang tak banyak pohon karena penduduk bertanam kentang. Ada banjir di berbagai kota yang, menurut salah seorang penyiar televisi-dengan mimik meyakinkan-disebabkan oleh hujan. Bukan karena rupiah melemah.
Itulah komentar saya kepada Romo Imam soal bencana. "Apakah tsunami yang dahsyat di Aceh karena hujan pula?" tanya Romo. Saya gelagapan disanggah. Saya jawab: "Bukan hujan sih, tetapi terjadi di akhir tahun, sehari setelah Natal, sepuluh tahun lalu. Sekarang diperingati dengan rasa syukur yang dalam. Sayang, Presiden Jokowi batal ke sana."
Baca Selengkapnya
Berita Lainnya
Berita Utama
Polisi Tahan Enam Terduga Jaringan ISIS
Digital
Horor di Alam Pikiran Mikami
Berita Utama
JAKARTA - Kepolisian RI masih menyelidiki penggunaan identitas palsu enam orang yang diduga akan terbang ke Suriah untuk bergabung dengan Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS). Saat ini, keenam orang tersebut menjalani pemeriksaan di Kepolisian Daerah Metro Jaya dan Detasemen Khusus Anti-Teror 88 Mabes Polri.
"Identitas di paspor dan kartu tanda penduduk berbeda. Ini yang masih kami dalami motifnya," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Heru Pranoto kepada Tempo, kemarin.
Baca Selengkapnya
Berita Lainnya
Fotografi
Masyarakat Tana Toraja, khususnya penganut kepercayaan Aluk Todolo, memiliki ritual kematian yang disebut sebagai Rambu Solo. Ini adalah rangkaian upacara adat yang bertujuan menghormati dan mengantar arwah orang yang telah meninggal menuju puya (akhirat), kembali kepada keabadian bersama para leluhur mereka.
Baca Selengkapnya
Cerpen
Miljenko Jergovic
DI KEBUN kami ada sebatang pohon apel yang bebuah ranumnya bisa tampak dari jendela lantai atas rumah tetangga. Tetangga kami, Rade dan Jela, biasa membeli apel di pasar untuk kedua putri kecil mereka. Tapi sia-sia. Betapapun enaknya, apel-apel lain tak pernah semenggoda apel-apel yang terlihat dari jendela tetangga itu. Setiap pagi, begitu Rade dan Jela berangkat bekerja, kedua gadis kecil itu akan melompati pagar kebun kami untuk memunguti buah apel yang jatuh karena telah kelewat matang. Aku kerap mengejar dan melempari mereka dengan lumpur atau batu. Pendek kata, aku berupaya mempertahankan harta milikku. Namun, itu karena soal prinsip, bukan karena aku tergoda atau iri.
Sebagai pembalasan, si adik melapor kepada ibuku bahwa aku hanya mendapat nilai F untuk ulangan Matematika. Akibatnya, esoknya ibuku secara tak dinyana datang ke sekolahku dan mencari tahu kebenaran soal laporan musuhku itu. Selama beberapa hari setelahnya ibuku menyiksaku dengan latihan soal-soal persamaan kuadrat. Segenap x dan y itu membuat hidup ini nyaris tak tertahankan. Maka, aku memutuskan menuntut balas sebisaku terhadap gadis tetanggaku. Inilah yang kulakukan: aku berhasil menemukan tempat persembunyian dan kuhabiskan seharian menunggu kedatangan para pencuri itu.
Akhirnya mereka muncul seperti yang telah kuduga. Saat itulah aku melompat ke luar dari semak-semak dan menjambak rambut musuhku, yakni yang lebih muda dari mereka berdua. Lalu, aku menyeretnya ke rumah kami. Aku berencana menyekapnya di dapur sampai ibuku pulang kerja sebagai hukuman baginya. Namun, gadis itu melawan dengan membabi-buta. Dia menjerit-jerit dan meronta-ronta. Dia berhasil lolos, meninggalkan sejumput rambut dan secuil kulit kepalanya di tanganku. Aku amat murka dan berlari masuk rumah, mengunci pintu.
Baca Selengkapnya
Berita Lainnya
Ide
Bandung Mawardi,
Saudagar Buku
Kita bermimpi memiliki perpustakaan film, berisi pelbagai tulisan mengenai film. Dokumentasi majalah, koran, tabloid, buku, dan skripsi tentu bakal melengkapi ikhtiar mengartikan kesejarahan penulisan film di Indonesia. Kita mengumpulkan tulisan-tulisan bermaksud menata penggalan-penggalan Indonesia mengacu ke film.
Film bukan cuma tontonan. Sejak masa 1920-an, orang-orang mulai menulis film. Tulisan-tulisan tentang film telah hadir di koran dan majalah sebagai acuan mengerti kebermaknaan film di negeri jajahan. Kita bisa melacak tulisan-tulisan itu di Panorama, Sin Po, Doenia Film, Aneka, Star News, Indonesia, Siasat, Pedoman, dan Mimbar Indonesia. Perhatian untuk film berlanjut sampai sekarang. Kita bisa menikmati ulasan atau resensi film, rutin disajikan di Tempo dan Kompas. Film selalu merangsang tulisan-tulisan meski perkembangan film di Indonesia fluktuatif. Kumpulan tulisan film pasti penting untuk menjadi referensi mengartikan film.
Saudagar Buku
Baca Selengkapnya
Klinik Hukum Perempuan
Video
Cawe-Cawe Jokowi Jelang Pilpres 2024, Benarkah Demi Kepentingan Negara?
Pada Senin, 29 Mei 2023. Jokowi mengatakan jika dirinya akan cawe-cawe dalam Pilpres 2024 mendatang guna kepentingan bangsa. Bukan kali pertama Jokowi mengatakan hal ini pada selasa 2 Mei 2023, presiden Jokowi juga pernah mengucap kata cawe-cawe saat mengadakan pertemuan di Istana Negara dengan 6 ketua umum partai politik pendukungnya, kecuali Nasdem.
Apakah cawe-cawe ini untuk kepentingan negara atau justru kepentingannya sendiri?
Apakah cawe-cawe ini untuk kepentingan negara atau justru kepentingannya sendiri?