Edisi Minggu, 23 November 2014
Heri Priyatmoko,
Salah satu pemakalah dalam acara "200 Tahun Serat Centhini"
Museum Radya Pustaka Surakarta digunakan sebagai tempat sarasehan bertajuk "200 Tahun Serat Centhini" pada 13 November 2014.
Para seniman-budayawan dan puluhan mahasiswa memadati teras museum tua itu. Mereka menerobos guyuran hujan demi merayakan sekaligus menghormati mahakarya kelas dunia tersebut. Betul apa yang dibilang pakar filologi Jawa, Prof. Poerbatjaraka: "Sami-sami serat Jawi, Centhini punika megah-megahaken" (di antara buku-buku bahasa Jawa, Centhini itu hebat tiada bandingan). Sejarawan terkemuka, Onghokham, juga menyejajarkan Centhini dengan karangan klasik Francois Rabelais, penyair Prancis abad XV yang berjasa memperkaya bahasa Prancis dengan penemuan tata bahasa dan kosa kata yang memukau.
Salah satu pemakalah dalam acara "200 Tahun Serat Centhini"
Baca Selengkapnya
Ide di Edisi Lainnya
Edisi Minggu, 16 November 2014
Toeti Heraty,
Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia
1. Ada gejolak kegembiraan menerima buku Kumpulan Puisi Perempuan Indonesia-Malaysia. Akhirnya mungkin buku ini dapat menjadi sarana melangkahi jurang yang menganga antara bahasa Malaysia dan bahasa Indonesia di satu pihak, juga antara puisi perempuan Malaysia dan puisi perempuan Indonesia di lain pihak. Sebelum buku Kumpulan Puisi Perempuan Indonesia-Malaysia (Kuala Lumpur: Institut Terjemahan & Buku Malaysia Berhad, 2014), telah diterbitkan dua antologi puisi perempuan Indonesia, yaitu (1) Bunga Rampai Puisi Wanita Seserpih Pinang Sepucuk Sirih (Jakarta: Pustaka Jaya, 1979), yang memuat puisi dari 17 penyair perempuan; dan (2) Selendang Pelangi (Magelang: IndonesiaTera, 2006), yang memuat puisi dari 19 penyair perempuan Indonesia. Akhirnya ada acara titik temu Indonesia-Malaysia.
Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia