maaf email atau password anda salah
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Belum Memiliki Akun Daftar di Sini
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo
Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Masukan alamat email Anda, untuk mereset password
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Ubah No. Telepon
Ubah Kata Sandi
Topik Favorit
Hapus Berita
Apakah Anda yakin akan menghapus berita?
Ubah Data Diri
Jenis Kelamin
Kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi sebesar Rp 2.000 per liter yang berlaku mulai kemarin akan menghemat subsidi. Anggaran negara jauh lebih sehat. Presiden Joko Widodo bisa mengalihkan subsidi itu untuk kegiatan yang lebih produktif. Tapi pemerintah tetap harus memecahkan masalah energi.
Indonesia kini tengah menghadapi kekurangan pasokan BBM. Impor minyak mentah dan BBM terus meningkat dalam lima tahun terakhir. Jumlah shortage akan kian besar pada masa-masa mendatang akibat pertumbuhan penjualan kendaraan bermotor yang sulit dibendung. Ada tambahan lebih dari sejuta mobil dan hampir 8 juta sepeda motor per tahun. Peningkatan konsumsi listrik juga fantastis, lebih dari 7 persen per tahun. Kenaikan ini tentu tak bisa dihentikan, karena akan mengganggu laju perekonomian.
Kabar memprihatinkan dari Nunukan, Kalimantan Timur, memperlihatkan belum tuntasnya pemerintah mengatasi masalah perbatasan. Kendati kawasan rawan sengketa ini telah diperhatikan, banyak penduduk masih memilih menjadi warga negara Malaysia.
Seorang politikus lokal mengungkap realitas yang terjadi di Kecamatan Lumbis Ogong, Kabupaten Nunukan, itu. Ratusan orang dari Desa Sumantipal, Sinapad, dan Kinokod diperkirakan telah berganti kewarganegaraan. Ada juga yang memiliki kartu tanda penduduk ganda: Indonesia dan Malaysia. Problem yang lebih serius muncul karena kawasan ini masih dalam sengketa. Sikap penduduk Lumbis Ogong tersebut akan merugikan Indonesia.
Agar tak menjadi pelanduk yang mati di tengah-tengah, Indonesia harus memahami kekuatan sendiri ketika menghadapi kontestasi Amerika-Cina yang semakin panas. KTT APEC di Cina yang baru berakhir kental dengan nuansa menggantikan ketegangan dengan kerja sama di kawasan Asia-Pasifik. Inilah kawasan yang sangat menjanjikan, tapi juga sarat potensi konflik. Namun, dalam perkembangannya, persaingan dua adikuasa--Cina dan Amerika--juga antara Cina dan negara-negara ASEAN, semakin tajam.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.