maaf email atau password anda salah
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Belum Memiliki Akun Daftar di Sini
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo
Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Masukan alamat email Anda, untuk mereset password
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Ubah No. Telepon
Ubah Kata Sandi
Topik Favorit
Hapus Berita
Apakah Anda yakin akan menghapus berita?
Ubah Data Diri
Jenis Kelamin
Yetti A.KA
NICELI keluar rumah pukul delapan pagi. Ia masih ingat bunyi mangkuk jatuh. Itu mangkuk kesayangannya. Mangkuk yang tidak boleh pecah. Tapi semua sudah terjadi. Pecahan-pecahan mangkuk itu bahkan masih berserakan di lantai saat ia meninggalkan rumah.
Dengan muram ia memandang jalan panjang sambil terus memikirkan apa yang akan dikatakan Norm jika tahu mangkuk itu sudah berakhir? Ia menapaki jalan; satu langkah, dua langkah, tiga langkah, empat langkah, lima langkah dan entah nanti sampai berapa saat akhirnya ia berbalik lagi. Bunyi mangkuk jatuh tidak juga pergi dari kepalanya. Bunyi yang mendekam dalam kepala dan muncul berulang-ulang.
MEMANG betul seperti ini kejadiannya. Hampir tujuh tahun yang lalu, dari balkon sempit rumahnya di Kampung Melayu Pulo, Nasrul Marhaban terjun ke air sedalam dua meter lebih, lalu terseret arus ke sungai. Ia hanyut dan tewas tenggelam. Jasadnya ditemukan esok harinya tersangkut di Pintu Air Manggarai. Saat itu sekitar pukul delapan malam, dan banjir kiriman tiba-tiba menerjang kampung yang terletak di tepi Sungai Ciliwung itu. Di bawah guyuran hujan, perahu karet milik kantor Kelurahan Bukitduri datang menyelamatkan warga yang terjebak di loteng dan atap rumah-rumah mereka. Satu per satu orang-orang itu melompat ke perahu untuk diungsikan ke tempat yang lebih aman, termasuk istri dan kedua anak Nasrul Marhaban. Seharusnya begitu pula Nasrul Marhaban, jika saja sebuah al-Quran yang dibungkus plastik bening tidak merosot dari dekapannya dan tercebur ke air saat ia bersiap melompat ke perahu.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.