Edisi Rabu, 21 Mei 2014
Opini
Darmaningtyas,
Aktivis Pendidikan Tamansiswa
Hasil ujian nasional (UN) tingkat SMA, SMK, MA, dan MAK telah diumumkan, dan nilainya ternyata tidak menggembirakan karena rata-rata hanya mencapai 6,12, jauh lebih rendah dibandingkan dengan nilai rata-rata ujian sekolah (US) yang mencapai 8,39 persen. Kesenjangan yang jauh antara nilai UN dan nilai US itu wajar, mengingat soal US dibuat oleh guru sendiri yang sudah tahu kemampuan muridnya, sehingga tidak akan membuat soal yang lebih rumit.
Muncul analisis bahwa penurunan nilai rata-rata UN tersebut disebabkan oleh adanya model soal matematika dan IPA yang berlevel internasional, seperti standar PISA (The Programme for International Student Assessment) dan TIMSS (The Trends in International Mathematics and Science Study). Model soal tersebut baru diberitahukan kepada publik oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh melalui Twitter beberapa hari sebelum pelaksanaan UN. Itulah yang kemudian menimbulkan protes para peserta UN. Bahkan ada seorang peserta UN (Nurmillaty Abadiah, SMA Khadijah Surabaya) yang menulis surat terbuka kepada Menteri Nuh dan menantangnya untuk duduk dan mengerjakan soal matematika bersamanya tanpa melihat buku maupun Internet. Jika Mendikbud bisa menjawab benar lima puluh persen saja, beliau pantas diakui menjadi Menteri Pendidikan.
Aktivis Pendidikan Tamansiswa
Baca Selengkapnya
Berita Lainnya
Internasional
Thailand Darurat Militer, Belasan Stasiun TV Dibungkam
Internasional
BANGKOK - Tentara Thailand kemarin mengumumkan negara dalam keadaan darurat militer dan mengerahkan pasukannya ke jantung Kota Bangkok sebelum fajar untuk mengakhiri krisis politik negara itu. Kekacauan politik yang berlangsung lebih dari enam bulan itu merenggut nyawa 28 orang dan melukai lebih dari 800 orang.
Panglima Militer Thailand, Jenderal Prayuth Chan-ocha, dalam pernyataan yang disiarkan di televisi kemarin pagi, mengatakan penerapan status darurat ini untuk memulihkan keamanan dan ketertiban. Ia juga meminta pihak yang berseteru mencari solusi atas krisis politik ini.
Baca Selengkapnya
Berita Lainnya
Nusa
Nasional
Berita Lainnya
Makassar
Berita Lainnya
Editorial
Penemuan May, nama orang utan yang luka-luka akibat penyiksaan oleh manusia, lagi-lagi menunjukkan betapa lemahnya perlindungan kita terhadap satwa langka ini. May ditemukan warga Kutai Timur, Kalimantan Timur, pekan lalu, dalam kondisi terikat. Besar kemungkinan ia ditangkap pemburu liar. Nyawa satwa ini bisa diselamatkan setelah warga menyerahkannya ke Taman Nasional Kutai. May beruntung karena masih hidup. Dalam banyak kasus, orang utan ditemukan sudah mati. Semestinya pemerintah lebih serius melindungi hewan yang terancam punah ini.
Orang utan adalah satu di antara kerabat kera besar yang hanya ada di Indonesia. Populasinya ada di Kalimantan, dengan nama Pongo pygmaeus, dan di Sumatera-Pongo abelli. Tiga kerabat kera besar lain, gorila, simpanse, dan bonobo, hidup di Afrika.
Baca Selengkapnya
Berita Utama-Jateng
Berita Lainnya
Ekonomi dan Bisnis
Berita Lainnya
Klinik Hukum Perempuan
Video
Cawe-Cawe Jokowi Jelang Pilpres 2024, Benarkah Demi Kepentingan Negara?
Pada Senin, 29 Mei 2023. Jokowi mengatakan jika dirinya akan cawe-cawe dalam Pilpres 2024 mendatang guna kepentingan bangsa. Bukan kali pertama Jokowi mengatakan hal ini pada selasa 2 Mei 2023, presiden Jokowi juga pernah mengucap kata cawe-cawe saat mengadakan pertemuan di Istana Negara dengan 6 ketua umum partai politik pendukungnya, kecuali Nasdem.
Apakah cawe-cawe ini untuk kepentingan negara atau justru kepentingannya sendiri?
Apakah cawe-cawe ini untuk kepentingan negara atau justru kepentingannya sendiri?