maaf email atau password anda salah
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Belum Memiliki Akun Daftar di Sini
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo
Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Masukan alamat email Anda, untuk mereset password
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Ubah No. Telepon
Ubah Kata Sandi
Topik Favorit
Hapus Berita
Apakah Anda yakin akan menghapus berita?
Ubah Data Diri
Jenis Kelamin
Memperhatikan foto petinggi utama Partai Gerindra, yang mencalonkan diri menjadi Presiden RI yang akan datang (Koran Tempo, 7 Mei 2014, hlm. 7), saya jadi bertanya-tanya. Ada satu hal yang menarik perhatian dalam gambar tersebut, yaitu keris yang beliau sisipkan di pinggang. Timbul pertanyaan, "Apakah di negeri kita seseorang sipil dibolehkan secara terbuka membawa senjata tajam di depan publik?"
Pengalaman menggunakan kereta api sekarang ini banyak yang bikin tercengang. Pekan lalu, saya memesan tiket kereta Senja dari Senen ke Jogja. Tiket sudah di tangan, saya tinggal berangkat. Kereta Senja dijadwalkan berangkat pukul 19.00. Saya berangkat dari rumah di Bekasi pukul 15.30 menggunakan bus APTB. Di tengah jalan, kemacetan parah terjadi. Arus mobil dari arah Jatibening ke Semanggi luar biasa penuh. Saya terjebak di tengah kemacetan sampai pukul 18.00. Saya turun dari APTB, pindah taksi melalui jalan Kuningan. Jalan ini pun macet parah. Saya akhirnya sampai di stasiun Senen pukul 19.15. Kereta sudah berangkat. Saya menemui bagian layanan pelanggan. Kata dia, maaf tiket hangus. Ini layanan yang lugas, berbeda dengan manajemen PT KAI beberapa tahun lalu yang masih punya hati untuk penumpang "kecelakaan".
Di negeri ini, sejak era Reformasi bergulir, telah banyak nama calon presiden disebut. Dari sisi politik yang demokratis, tentu fenomena ini menarik perhatian. Hal ini tidak kita temukan pada masa Orde Baru. Namun, sayangnya, masyarakat kita sangat mudah "terhipnosis" oleh gaya daripada kualitas sang calon yang digadang-gadang itu. Dalam situasi seperti ini, apabila ada pejabat kita yang "menang gaya" dan diliput luas oleh media massa, dengan mudah ia mendapat simpati rakyat. Dengan sangat mudahnya, sang pejabat ini akan didapuk oleh publik untuk dijadikan calon presiden berikutnya.
Dugaan kejahatan seksual terhadap anak-anak di sebuah sekolah internasional di Jakarta menegaskan betapa rentannya anak-anak menjadi korban pelecehan seksual. Sebagai kelompok rentan, anak-anak berhak mendapat perlindungan lebih dari negara. Negara telah gagal dalam melindungi dan memenuhi hak anak atas pendidikan sebagaimana dijamin dalam Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang tentang hak asasi manusia.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.