maaf email atau password anda salah
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Belum Memiliki Akun Daftar di Sini
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo
Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Masukan alamat email Anda, untuk mereset password
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Ubah No. Telepon
Ubah Kata Sandi
Topik Favorit
Hapus Berita
Apakah Anda yakin akan menghapus berita?
Ubah Data Diri
Jenis Kelamin
ROMA - Italia memasuki krisis politik baru. Perdana Menteri Enrico Letta, kemarin, mengundurkan diri setelah pimpinan partai kiri-tengah yang mengusungnya memilih mendukung sang pesaing, Matteo Renzi. Surat pengunduran diri Letta telah diserahkan kepada Presiden Giorgio Napolitano di Istana Kepresidenan Quirinale.
BEIJING - Kementerian Kebenaran Cina, kemarin, dibuat sibuk. Kementerian yang mengurusi masalah pemberitaan itu memerintahkan penyensoran terhadap berita tentang indeks kebebasan pers (press freedom index) pada 2014 yang dilansir Reporters without Border (RWB) Maklum, Cina berada di peringkat kelima terbawah alias ke-175 dari 180 negara yang dinilai.
Kantor Informasi Dewan Negara, Selasa malam lalu, mengeluarkan perintah yang disebarkan China Digital Times. "Semua situs web dengan hormat diminta untuk menghapus artikel '180 Peringkat Negara pada 2014 Indeks Kebebasan Pers, Cina di posisi ke-175' dan konten terkait."
BANGKOK -- Pemerintah Thailand mulai menggerus kekuatan kelompok anti-pemerintah. Polisi kemarin menangkap Sonthiyarn Chuenruethainaitham, pemilik dan direktur kantor berita T-News. Ia menjadi orang pertama dari 19 orang pimpinan Komite Reformasi Rakyat Demokratik (PDRC) yang diperintahkan untuk ditangkap oleh Pengadilan Kriminal, pekan lalu.
Chuenruethainaitham ditangkap di sebuah pusat belanja di Lat Phrao, sekitar pukul 1 siang waktu setempat. Ia dibawa ke Markas Polisi Perbatasan Wilayah 1 di Pathun Thanai, distrik Khlong Luang. "Kami akan terus menangkap pimpinan demonstran yang melanggar hukum," kata Kepala Departemen Investigasi Khusus (DSI) Tarit Pengdith seperti dilansir Bangkok Post kemarin.
KABUL - Perang antara pasukan pemerintah dan pemberontak yang terus berlangsung di Afganistan menimbulkan banyak korban dari warga sipil. Misi bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa, dalam laporan tahunannya, Sabtu lalu, menyebutkan jumlah warga sipil yang menjadi korban pada 2013 naik 14 persen. Angka ini terburuk sejak 2009.
"Pada 2013, korban warga sipil cenderung bertambah, yang termasuk mengkhawatirkan adalah kenaikan jumlah perempuan dan anak-anak yang menjadi korban," kata PBB.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.