Edisi Kamis, 1 Agustus 2013
Editorial
Terlalu mahal harga yang harus dibayar Mesir untuk sebuah demokrasi. Dua tahun lalu ratusan orang tewas dalam revolusi 18 hari menurunkan Presiden Husni Mubarak, yang telah berkuasa lebih dari 30 tahun. Mereka ingin menegakkan demokrasi. Kini, korban dalam jumlah hampir sama kembali jatuh, justru untuk menjauh dari cita-cita demokrasi. Kudeta yang dilakukan militer terhadap Presiden Muhammad Mursi, yang terpilih melalui pemilu, tak bisa diterima akal sehat, walau mereka berdalih hal itu demi menyelamatkan demokrasi.
Di negeri itu, kehendak rakyat yang dimanifestasikan melalui kotak suara telah berbelok arah. Ia telah berubah menjadi pemaksaan kehendak melalui aksi jalanan dan kekuatan senjata. Mursi pun ditangkap. Akibatnya sungguh mengerikan. Kubu pendukung Mursi yang kecewa akhirnya turun ke jalan berhadapan-hadapan dengan militer dan massa pendukungnya. Negara yang selama ini dikenal sebagai lokomotif perdamaian di Timur Tengah itu berada di ambang perang saudara.
Baca Selengkapnya
Berita Lainnya
Olah Raga
Si Misil Kejar Rekor Phelps
Olah Raga
Nasional
Berita Lainnya
Gaya Hidup
JAKARTA - Kebiasaan menonton bola di televisi sambil memakan kacang berkulit membuat Nisrina Nuramalia Fathina berpikir, mengapa umur kacang begitu pendek. "Saya sempat bingung kenapa kulit kacang itu gitu aja ceritanya, dikumpulin, terus dibuang deh," katanya kepada Tempo, Kamis, 18 Juli lalu, di Rumah Science Ilma , Pamulang, Tangerang Selatan.
Baca Selengkapnya
Opini
Dewi Fortuna Anwar,
WAKIL KETUA ILMU SOSIAL DAN HUMANORIA PADA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA; KETUA LEMBAGA DEMOKRASI DAN HAK ASASI MANUSIA PADA HABIBIE CENTER
DALAM tahun-tahun terakhir ini, Indonesia telah muncul sebagai negara demokrasi dengan pertumbuhan ekonomi yang dinamis. Sebagai negara anggota Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang paling besar dan paling berpengaruh, Indonesia harus memanfaatkan kekuatan yang baru diperolehnya itu untuk menghadapi tantangan yang ia dan mitra-mitranya hadapi di kawasan ini, seraya menghindari kebijakan luar negeri yang gegabah.
Indonesia punya alasan untuk percaya diri. Kurang dari tiga dekade sejak krisis keuangan Asia pada 1997-1998 menghantam ekonomi negeri ini serta menimbulkan gejolak sosial yang berujung pada diakhirinya tiga dekade pemerintahan Presiden Soeharto, Indonesia sekarang menjadi anggota G-20 dengan PDB tertinggi ke-15 di dunia.
WAKIL KETUA ILMU SOSIAL DAN HUMANORIA PADA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA; KETUA LEMBAGA DEMOKRASI DAN HAK ASASI MANUSIA PADA HABIBIE CENTER
Baca Selengkapnya
Berita Lainnya
Nusa
Berita Lainnya
Internasional
KAIRO - Kedutaan Besar Indonesia di Beirut, Libanon, berhasil memulangkan 479 warga negara Indonesia dari Suriah, negara yang dilanda perang saudara selama lebih dari dua tahun terakhir. WNI yang sebagian besar pembantu rumah tangga itu dipulangkan secara bertahap dalam 18 kali penerbangan.
Baca Selengkapnya
Berita Lainnya
Makassar
Berita Lainnya
Metro
Berita Utama-Jateng
Berita Lainnya
Ekonomi dan Bisnis
Berita Lainnya
Klinik Hukum Perempuan
Video
Cawe-Cawe Jokowi Jelang Pilpres 2024, Benarkah Demi Kepentingan Negara?
Pada Senin, 29 Mei 2023. Jokowi mengatakan jika dirinya akan cawe-cawe dalam Pilpres 2024 mendatang guna kepentingan bangsa. Bukan kali pertama Jokowi mengatakan hal ini pada selasa 2 Mei 2023, presiden Jokowi juga pernah mengucap kata cawe-cawe saat mengadakan pertemuan di Istana Negara dengan 6 ketua umum partai politik pendukungnya, kecuali Nasdem.
Apakah cawe-cawe ini untuk kepentingan negara atau justru kepentingannya sendiri?
Apakah cawe-cawe ini untuk kepentingan negara atau justru kepentingannya sendiri?