Edisi Minggu, 7 Juli 2013
Berita Lainnya
Profil
Gitar Merah Calvin Jeremy
Cari angin
Deklarasi
Ekonomi dan Bisnis
Rupiah Bisa Terdepresiasi Lagi
Cari angin
Putu Setia
Sudah bertambah calon presiden dan calon wakil presiden yang diusung partai lewat deklarasi. Sebelumnya, hanya Aburizal Bakrie yang diusung Partai Golkar. Itu pun tanpa pendamping calon wakil presiden.
Partai Hanura hebat. Percaya diri ketua umumnya, Wiranto, untuk mencalonkan diri begitu kuat. Bahkan dia langsung punya calon wakil presiden-tidak takut seperti Golkar-dan menempatkan kadernya sendiri: Hary Tanoesoedibjo. Kenapa tidak Fuad Bawazier, misalnya? Ideologi dan rekam jejak tak berlaku sekarang, Hary Tanoe menyediakan triliunan rupiah, barangkali jauh lebih banyak daripada yang dipunyai Bawazier, meski ia pernah jadi Dirjen Pajak dan Menteri Keuangan.
Baca Selengkapnya
Topik
Ide
Mohammad Afifuddin,
MAHASISWA PASCASARJANA SOSIOLOGI FISIPOL UGM
Seorang kawan yang kebetulan santri tulen merasa tidak puas setelah menonton film Sang Kiai. Katanya, suasana yang digambarkan dalam film itu kurang kental ciri pesantrennya. "Enggak terasa girah pesantrennya," katanya sambil menunjukkan mimik muka kecewa. Pada waktu hampir bersamaan, salah seorang santri lain berkisah di laman Facebook-nya perihal pokok serupa. Agak detail dia merinci sisi-sisi minus film garapan Rako Prijanto itu. Intinya, riset historisnya relatif dangkal, dan cara para pemainnya dalam melafalkan ayat suci Al-Quran kurang fasih. Namun yang menarik adalah komentar kawan lainnya yang tidak pernah nyantri tapi gemar menganalisis film. Katanya, "Kok enggak ada adegan ngudut (merokok), ya? Kiai-kiai NU kan terkenal gemar ngudut."
Ya, itulah resepsi karya seni. Seperti halnya resepsi karya sastra, resepsi atau apresiasi terhadap film pun mutlak bernada subyektif. Namun saya tak hendak memperpanjang perdebatan soal persepsi. Bertolak dari sudut pandang lain, saya berniat menelusuri sisi ekstrinsikalitas (dimensi ekstrinsik/sosial-politik-kultural) film Sang Kiai, terutama jika dikontekstualisasi bagaimana narasi sejarah bangsa selama ini disusun dan disosialisasi.
MAHASISWA PASCASARJANA SOSIOLOGI FISIPOL UGM